Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Artificial Intelligence
Artificial Intelligence

Jakarta, FORTUNE - Satu dari lima pekerja dari kalangan Gen Z begitu khawatir kehilangan pekerjaan dalam dua tahun ke depan karena teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Pandangan yang berdasar atas survei Deutsche Bank Research itu menunjukkan secara umum terdapat 18 persen responden yang sangat mencemaskan pekerjaannya akan digantikan AI.

Pun begitu, persentasenya menjadi lebih tinggi, yakni 22 persen, jika periodenya diganti menjadi lima tahun ke depan.

"Temuan ini mengungkapkan kesenjangan antargenerasi dan geografis dalam adopsi dan kepercayaan, tingginya permintaan akan pelatiahn AI, dan upaya para pekerja mengedukasi diri sendiri," kata Research Analyst Deutsche Bank Research, Adrian Cox dan Stefan Abrudan, dikutip dari Fortune, Kamis (25/9).

Survei itu melibatkan 10.000 orang di Amerika Serikat (AS), Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, dan Inggris. Penelitian itu sendiri menyoroti gambaran mengenai meningkatnya kekhawatiran pada kelompok termuda angkatan kerja global, seiring akselerasi transformasi tempat kerja yang didukung oleh AI.

Secara mendetail, 24 persen pekerja berusia 18–34 tahun mengukur tingkat kekhawatiran kehilangan pekerjaan karena AI pada level 8 atau lebih tinggi. Persentase itu jauh lebih besar dari kelompok pekerja berusia 55 tahun ke atas dengan kekhawatiran serupa, yang hanya berjumlah 10 persen.

Temuan dari Deutsche Bank Research sejalan dengan tren yang diidentifikasi pada sektor-sektor yang terdampak AI. Studi terbaru dari Stanford dan Harvard menyoroti penurunan tajam dalam jumlah pekerja junior di perusahaan-perusahaan yang mengadopsi AI untuk posisi seperti software engineering dan customer service.

Di sisi lain, jumlah pekerja senior tetap stabil atau justru meningkat.

Contoh, Biro Sensus AS melaporkan, tingkat pengangguran di kalangan lulusan baru mencapai 4,8 persen, melampaui rata-rata nasional AS, yakni 4 persen, untuk semua pekerja.

Kecepatan, skala, dan fungsi teknologi AI yang terus berkembang dinilai meningkatkan rasa tak aman pada kelompok pekerja entry-level, yang sering kali mengisi posisi paling rentan digantikan otomatisasi dan algoritmik. Sebaliknya, pekerja lebih tua, yang menduduki posisi senior atau lebih terspesialisasi, tak menunjukkan kekhawatiran digantikan oleh AI.

Editorial Team