Resep Bisnis Berumur Panjang: AI, Cloud, dan Teknologi Hijau
Tanpa bias, mampu capai optimalisasi dan efisiensi.
Jakarta, FORTUNE - Transformasi dan inovasi: hal penting untuk menjaga keberlanjutan bisnis agar mampu bertahan mengatasi dinamika tantangan. Teknologi AI berperan penting.
SAP, produsen perangkat lunak global untuk mengelola proses bisnis, memanfaatkan AI dalam sistemnya guna meningkatkan inovasi bagi para korporasi. Salah satunya, dalam proses perekrutan dalam perusahaan.
President SAP Asia Pacific Japan, Paul Marriott mengatakan, AI telah membantu mendefinisikan peran dan deskripsi pekerjaan tanpa bias. Sesuatu yang jadi masalah di proses perekrutan di berbagai perusahaan. Misalnya, pekerjaan di industri tertentu erat dikaitkan dengan demografi laki-laki saja atau sebaliknya, sehingga lahir ketimpangan kesempatan.
“AI sudah sangat efektif dalam menghilangkan bias itu dari deskripsi pekerjaan. Jadi ketika Anda mengunggah lowongan pekerjaan, Anda akan menarik lebih banyak orang, kan?” katanya dalam sesi wawancara eksklusif di Jakarta (3/8).
SAP tak melakukannya sendirian. Terkait pemanfaatan AI dalam proses perekrutan, SAP bermitra dengan Microsoft dalam memaksimalkan AI generatif di layanan SuccessFactors. Bukan hanya untuk merekrut, melainkan juga untuk mempertahankan dan memoles keterampilan setiap karyawan korporasi. Adapun, SAP SuccessFactors sudah digunakan oleh lebih dari 9.750 pelanggan secara global.
Terkait etika dalam pemanfaatan AI, SAP bahkan menyusul buku panduan khusus demi memastikan teknologinya berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku di setiap wilayah. “Kami bermitra dengan pemerintah Singapura, Uni Eropa, negara Asia Tenggara, hingga Korea dan Jepang. Jadi ketika kebijakan dibuat, kami ingin memastikan itu dapat memaksimalkan peluang bisnis, tapi dalam jalur yang aman dan etis,” jelas Paul.
Optimalisasi SDM
Demi inovasi, SAP telah merealisasikan rasio biaya penelitian dan pengembangan sebesar 18,3 persen dari total pendapatannya di paruh pertama 2023. Nilainya mencapai 3,14 miliar euro atau naik 8 persen (YoY). Adapun, jumlah pendapatan SAP di paruh pertama 2023 adalah 14,99 miliar euro.
Berbekal solusi berbasis inovasi itu, SAP mengidentifikasi pos yang tepat untuk memanfaatkan AI sesuai dengan proses bisnis masing-masing pelanggan. “Kami tinjau bisnisnya, prosesnya, lalu bekerja dengan mereka untuk tentukan di mana mereka bisa memperoleh pengembalian tertinggi dari investasi AI. Bisa saja di bagian keuangan, SDM, rantai pasok, dan sebagainya,” jelas Paul lagi.
Contohnya, Zuellig Pharma salah satu distributor vaksin Covid-19 di berbasis di Singapura dan beroperasi di 16 negara Asia, termasuk Indonesia. Perusahaan itu memiliki center of excellence untuk AI yang dikelola oleh empat staf IT, dibantu oleh teknologi AI untuk bisnis. Itu telah membantu dalam proses efisiensi dari segi staf.
Bicara soal efisiensi, pengurangan jumlah pegawai selalu jadi kekhawatiran, seiring dengan pemanfaatan berbagai teknologi dalam bisnis, termasuk AI. Menurut Paul, di bidang teknologi yang menghadapi masalah keterbatasan talenta, efisiensi justru bisa membuka peluang baru bagi perusahaan dalam mengoptimalisasi SDM-nya.
Ia bilang, banyak perusahaan menggunakan 80 persen biaya teknologi dan informatika (TI) hanya untuk melakukan pekerjaan TI dasar, padahal di saat yang sama mereka sedang berusaha bertransformasi secara digital dan strategis.
“Jadi yang [AI lakukan] adalah membantu otomatisasi tugas-tugas dasar itu, lalu membuka kesempatan bagi perusahaan untuk meningkatkan keterampilan staf TI. Misal untuk fokus pada transformasi digital. Ini lebih tentang bagaimana Anda meningkatkan keterampilan dan mendapat nilai lebih dari SDM,” katanya lagi.
Apalagi, di pasar Asia yang berpeluang tumbuh signifikan dari segi ekonomi digital, yang mana membuat perusahaan ingin memperluas tenaga kerja sekaligus berkembang pesat.
Demi inovasi, SAP telah merealisasikan rasio biaya penelitian dan pengembangan sebesar 18,3 persen dari total pendapatannya di paruh pertama 2023. Nilainya mencapai 3,14 miliar euro atau naik 8 persen (YoY). Adapun, jumlah pendapatan SAP di paruh pertama 2023 adalah 14,99 miliar euro. Berbekal solusi berbasis inovasi itu, SAP mengidentifikasi pos yang tepat untuk memanfaatkan AI sesuai dengan proses bisnis masing-masing pelanggan. “Kami tinjau bisnisnya, prosesnya, lalu bekerja dengan mereka untuk tentukan di mana mereka bisa memperoleh pengembalian tertinggi dari investasi AI. Bisa saja di bagian keuangan, SDM, rantai pasok, dan sebagainya,” jelas Paul lagi. Contohnya, Zuellig Pharmaceuticals di Indonesia, salah satu distributor vaksin Covid-19. Perusahaan itu memiliki center of excellence untuk AI yang dikelola oleh empat staf IT, dibantu oleh teknologi AI untuk bisnis. Itu telah membantu dalam proses efisiensi dari segi staf. Bicara soal efisiensi, pengurangan jumlah pegawai selalu jadi kekhawatiran, seiring dengan pemanfaatan berbagai teknologi dalam bisnis, termasuk AI. Menurut Paul, di bidang teknologi yang menghadapi masalah keterbatasan talenta, efisiensi justru bisa membuka peluang baru bagi perusahaan dalam mengoptimalisasi SDM-nya. Ia bilang, banyak perusahaan menggunakan 80 persen biaya teknologi dan informatika (TI) hanya untuk melakukan pekerjaan TI dasar, padahal di saat yang sama mereka sedang berusaha bertransformasi secara digital dan strategis. “Jadi yang [AI lakukan] adalah membantu otomatisasi tugas-tugas dasar itu, lalu membuka kesempatan bagi perusahaan untuk meningkatkan keterampilan staf TI. Misal untuk fokus pada transformasi digital. Ini lebih tentang bagaimana Anda meningkatkan keterampilan dan mendapat nilai lebih dari SDM,” katanya lagi. Apalagi, di pasar Asia yang berpeluang tumbuh signifikan dari segi ekonomi digital, yang mana membuat perusahaan ingin memperluas tenaga kerja sekaligus berkembang pesat.
Selain berinovasi, SAP juga meningkatkan layanannya lewat kolaborasi dari segi business to business. Contoh, pada produk SAP Business Network, SAP memperluas kerja sama dengan Google Cloud guna menyiasati tantangan terkait data yang ada di kalangan korporasi. Bentuk kolaborasi ini berbentuk layanan open data komprehensif, sehingga pelanggan dapat menciptakan data cloud yang bersifat end-to-end dengan memanfaatkan SAP Datasphere serta kemampuan analitis Google Cloud. Pada akhirnya, hal tersebut dapat mengoptimalisasi pemanfaatan data dan mengakselerasi pengembangan AI.
Adapun, SAP Business Network telah digunakan oleh jutaan perusahaan di 190 negara. Total perdagangan tahunan di solusi itu melampaui US$4,9 triliun. Sementara itu, transasi B2B-nya melebihi US$732 juta.
SAP juga bermitra dengan para penyedia layanan cloud lain di bagian infrastruktur, seperti Alibaba, Amazon, dan Microsoft. Basis pengguna cloud SAP berjumlah lebih dari 293 juta. Lini bisnis cloud menyumbang pendapatan sebesar 6,49 miliar euro di semester pertama 2023, naik 21 persen (YoY) dari 5,36 miliar euro di periode serupa pada 2022.
Lebih lanjut, SAP juga berkolaborasi dengan Singtel dalam mengembangkan solusi Intelligent Edge Aggregator (IEA) demi menambah fungsi cloud dan kapabilitas komputasi di jaringannya, sehingga dapat meningkatkan operasional pelanggan korporasi. IEA akan memungkinkan pelanggan untuk mengakses dan mengintegrasikan perangkat lunak SAP Business Technology Platform (SAP BTP) secara cepat di cloud server edge. Dus, itu akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang sensitif terhadap waktu.
“Lewat kolaborasi ini, kami dapat menjawab kebutuhan perusahaan yang semakin kompleks, seperti aplikasi untuk visi komputer dan keselamatan di tempat kerja,” kata Vice President of Enterprise 5G and Platforms, Singtel, Dennis Wong.
Dengan dukungan 5G, kecepatan internet pendukung solusi bisnis SAP akan bermanfaat bagi korporasi di sektor manufaktur dan logistik, yang membutuhkan aplikasi seperti pemeriksaan kualitas secara otomatis, deteksi kecacatan produk, dan robot pengiriman jarak jauh.
Harapannya, dengan kolaborasi tersebut, adopsi cloud di seluruh industri diproyeksikan naik dua digit. “Karena efisiensinya akan lebih baik, begitu juga dengan feasibility-nya,” ujar Chief Partner Officer, Asia Pacific Japan, SAP, Utkarsh Maheshwari kepada Fortune Indonesia (25/7). “Kami berharap dapat membawa solusi ini ke seluruh wilayah Asia Pasifik dan Jepang.”
Indonesia termasuk salah satunya. Dennis mengatakan, solusi tersebut akan diboyong lewat operator telekomunikasi yang terafiliasi dengan mereka, yakni Telkomsel.
Teknologi hijau
Selain inovasi terkait AI dan cloud, SAP pun mengedepankan inisiatif green ledger, yang dapat meninjau data terbaru tentang jejak karbon para korporasi. Dus, pengelolaannya bisa lebih mengedepankan akurasi, visibilitas, serta akuntabilitas yang setara dengan peninjauan kinerja perusahaan.
Salah satu bentuknya adalah SAP Green Token yang memanfaatkan teknologi blockchain. Itu dapat melacak bahan mentah dari hulu ke hilir; dari sumber asalnya, proses manufaktur, hingga proses distribusinya. SAP Green Token dapat dimanfaatkan di industri seperti agribisnis yang mengedepankan ketelusuran komoditas dari perkebunan, sampai akhirnya tersedia di toko ritel sebagai produk. Paul menambahkan, salah satu pelanggan di bidang perikanan di Indonesia telah menggunakan SAP Green Token.
“Itu berkaitan langsung dengan kulkas-kulkas di toko ritel di Amerika Serikat (AS) di mana tuna itu dijual, juga ketelusuran tentang nelayan yang menangkap ikan-ikan itu. Jadi, semuanya tentang menangkap tapi mengedepankan unsur berkelanjutan,” katanya.
Melalui pidato pembuka dalam gelaran SAP Now belum lama ini, President and Managing Director, SAP Southeast Asia, Verena Siow mengataan, potensi pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara hingga 2030 mesti dimaksimalkan dengan baik lewat transformasi. SAP mengawal transformasi itu dengan tiga cara, yakni: berinovasi lewat ide baru layaknya BusinessAI, investasi di bisnis berkelanjutan lewat green ledger dan menghitung jejak karbon, serta menyiapkan infrastruktur di era cloud.