Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
peluncuran satelit Kuiper milik Amazon (Twitter.com/Amazon News)
peluncuran satelit Kuiper milik Amazon (Twitter.com/Amazon News)

Jakarta, FORTUNE - Amazon semakin serius dalam ambisinya menghadirkan layanan internet dari luar angkasa lewat Project Kuiper. Perusahaan teknologi raksasa ini baru saja menambahkan 27 satelit baru dalam misi peluncuran yang digelar Kamis pekan lalu di Amerika Serikat.

“Kami menjalani hitung mundur yang lancar, cuaca yang indah, peluncuran yang sempurna, dan Atlas V kini menuju orbit untuk membawa 27 satelit Kuiper tersebut, menempatkannya di jalur yang tepat dan benar-benar memulai era baru dalam konektivitas internet,” kata Caleb Weiss, insinyur sistem di ULA, dalam siaran langsung setelah peluncuran, mengutip CNBC.

Satelit-satelit itu diperkirakan akan terpisah dari roket pada ketinggian sekitar 280 mil di atas permukaan Bumi. Pada titik tersebut, Amazon akan memverifikasi apakah satelit dapat bermanuver secara mandiri dan berkomunikasi dengan timnya di darat.

Enam tahun lalu, Amazon mengumumkan rencana membangun konstelasi satelit pemancar internet di orbit rendah Bumi yang dinamai Project Kuiper. Layanan ini akan bersaing langsung dengan Starlink milik Elon Musk, yang saat ini menguasai pasar dengan 8.000 satelit di orbit.

Melansir Digital Trends, langkah ini merupakan bagian dari strategi Amazon untuk mengejar dominasi Starlink, jaringan internet satelit milik SpaceX yang sudah memiliki ribuan satelit aktif di orbit. Peluncuran satelit terbaru menjadikan Project Kuiper semakin dekat dengan target menyediakan layanan internet komersial di lima negara.

Eksekutif Project Kuiper, Ricky Freeman, mengatakan layanan ini diproyeksikan dapat beroperasi pada kuartal pertama 2026 di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Prancis, dan Jerman. "Kami masih berada di jalur yang tepat untuk menghadirkan layanan ini awal tahun depan," ujar Freeman.

Walau sempat mengalami sedikit keterlambatan dari jadwal awal, Amazon memastikan komitmennya untuk menjadi pemain kunci di industri internet satelit. Misi peluncuran 27 satelit ini diberi nama KA-03. Satelit tersebut dibawa ke orbit rendah Bumi menggunakan roket Atlas V milik United Launch Alliance (ULA) dari Cape Canaveral, Florida.

Namun, ini hanyalah satu bagian dari rencana besar Amazon. Perusahaan telah menyiapkan sekitar 80 misi peluncuran untuk membangun konstelasi lebih dari 3.200 satelit. Targetnya, seluruh jaringan rampung pada 2029.

Untuk mewujudkan ambisi itu, Amazon menggelontorkan dana lebih dari US$10 miliar atau sekitar Rp166 triliun. Tidak hanya itu, mereka juga menggandeng berbagai mitra besar industri luar angkasa, termasuk ULA, ArianeGroup, Blue Origin, bahkan SpaceX yang justru menjadi kompetitor utama di bisnis internet satelit.

Amazon menyiapkan tiga varian terminal penerima (antena) untuk pelanggan Kuiper. Pertama, model kompak 7 inci, ringan dan portabel, dengan kecepatan hingga 100 Mbps. Kedua, model standar 11 inci, cocok untuk rumah tangga, mampu menghasilkan kecepatan hingga 400 Mbps. Ketiga, model besar khusus bisnis, dengan kecepatan hingga 1 Gbps, ditujukan bagi kebutuhan data kelas berat.

Harga terminal standar diperkirakan sekitar US$400 atau Rp6,6 juta, sedikit lebih mahal dibanding perangkat serupa milik Starlink yang dibanderol USD 50 lebih murah.

Tak hanya menyasar pengguna individu, Amazon juga menargetkan pasar korporasi. Salah satu langkah awalnya adalah kerja sama dengan maskapai JetBlue untuk menghadirkan layanan Wi-Fi dalam pesawat.

Terkait pengembangan Project Kuiper, Amazon tidak hanya fokus membangun jaringan satelit orbit rendah atau Low Earth Orbit (LEO) secara global, tetapi juga merambah ke Indonesia dengan rencana investasi di sektor infrastruktur digital. Pada Maret lalu, Amazon menyampaikan niatnya untuk membangun enam stasiun gateway di Indonesia dengan nilai investasi mencapai US$20 juta atau sekitar Rp327 miliar dalam kurun lima tahun ke depan.

Investasi ini digadang dapat mempercepat pemerataan akses internet, memperluas konektivitas digital ke wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), serta mendukung agenda transformasi digital nasional.

“Kami menyambut baik komitmen Amazon Kuiper dalam mendukung perluasan konektivitas digital di Indonesia. Kami terbuka terhadap investasi serta teknologi baru apa pun yang dapat membantu kami untuk mencapai konektivitas di Indonesia,” kata Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid dalam keterangan pers terkait pertemuan dengan Amazon Kuiper di Kantor Pusat Kemkomdigi, Jakarta, pada Senin (17/3).

Editorial Team