Jakarta, FORTUNE - Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), Anggara Hans Prawira, mengakui adanya tantangan pelemahan daya beli konsumen yang berdampak pada perubahan perilaku belanja di gerai Alfamart. Fenomena ini mendorong konsumen beralih ke produk dengan harga lebih terjangkau.
Meski demikian, penutupan sejumlah gerai, menurutnya, bukan semata-mata disebabkan oleh pelemahan daya beli, melainkan faktor eksternal seperti biaya sewa. Di tengah dinamika tersebut, AMRT tetap melanjutkan ekspansi dengan membuka gerai baru dan mencatatkan pertumbuhan pendapatan pada 2024.
“Konsumen kini lebih selektif dan melakukan down trading,” kata Anggara dalam paparan publik perseroan, Kamis (22/5).
Tren peralihan ke produk yang lebih terjangkau ini terlihat pada berbagai kategori, mulai dari popok, susu, hingga pembersih rumah tangga. Konsumen yang sebelumnya memilih merek premium kini cenderung mencari alternatif dengan harga lebih murah, bahkan pada produk-produk mainstream.
“Begitu juga di produk pembersih. Dari yang biasa pilih brand besar seperti Unilever, sekarang beralih ke produk Wings yang harganya lebih kompetitif,” kata Anggara.
Ia menambahkan, konsumen saat ini tetap berupaya memenuhi kebutuhan pokok (groceries), tapi dengan pendekatan lebih hemat.
“Belanjanya masih ada, tapi nominalnya lebih kecil,” ujarnya.
Anggara pengatakan pelemahan daya beli bukan menjadi faktor tunggal di balik penutupan beberapa gerai Alfamart. Sepanjang 2024, AMRT telah menutup 400 gerai, dan terdapat tambahan 109 gerai yang ditutup hingga kuartal I-2025, sehingga totalnya mencapai 509 gerai.
“Ada faktor eksternal seperti sewa yang tinggi dan keputusan pemilik tempat (landlord) untuk tidak memperpanjang kontrak karena alasan lain seperti ingin membuka restoran sendiri atau menjual properti tersebut,” ujar Anggara.
Kendati melakukan penutupan, AMRT juga berhasil menambah 1.033 gerai baru Alfamart dan jenama anak usaha lainnya. Dengan demikian, total gerai yang dioperasikan perseroan mencapai 23.277 unit.
Hal senada disampaikan Direktur Franchise & Investor Relation AMRT, Soeng Peter Suryadi.
“Penutupan bukan karena performa gerai buruk, tapi karena biaya sewa tidak lagi ekonomis. Jadi kami memilih pindah ke lokasi yang lebih efisien,” ujarnya.
Meskipun menghadapi tekanan daya beli, kinerja keuangan AMRT dari sisi pendapatan masih menunjukkan tren positif. Pada 2024, Alfamart mengalami peningkatan pendapatan 10,55 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp118,23 triliun. Pertumbuhan ini melampaui rata-rata industri ritel yang hanya naik 4,1 persen.
Namun, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp3,15 triliun, turun jika dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,4 triliun.
Dari sisi pangsa pasar, posisi Alfamart pada sektor minimarket modern juga menguat. Pangsa pasarnya meningkat dari 34,2 persen pada 2023 menjadi 35,3 persen pada 2024. Jika digabungkan dengan entitas anak seperti Alfamidi, pangsa pasar grup AMRT mencapai 41,1 persen dari total modern trade minimarket di Indonesia.