Beban Pendapatan Naik, Laba Alfamart Terkoreksi di 2024
Jakarta, FORTUNE - Emiten pengelola jaringan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) melaporkan penurunan laba bersih pada 2024.
Pendapatan Alfamart memang bertumbuh 11,3 persen (YoY) menjadi Rp118,2 triliun. Segmen makanan berkontribusi sebesar Rp83,3 triliun (naik dari Rp75,7 triliun pada 2023). Di sisi lain, segmen bukan makanan mencetak pendapatan bersih senilai Rp34,9 triliun (naik dari Rp31,3 triliun pada 2023).
Lebih lanjut, pendapatan bersih dari pewaralaba masing-masing senilai Rp21,6 triliun dan Rp19,1 triliun atau sebesar 18,25 persen dan 17,87 persen dari pendapatan bersih pada 2024 dan 2023.
Kemudian, pendapatan neto dari pihak berelasi mencapai Rp25,6 miliar dan Rp21,5 miliar atau masing-masing 0,02 persen pada 2024 dan 2023.
Akan tetapi, beban pokok pendapatan perseroan turut membengkak dari hampir Rp83,9 triliun pada 2023 menjadi Rp92,9 triliun pada 2024 sehingga menekan laba usaha.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan, AMRT mencatatkan laba bersih senilai hampir Rp3,2 triliun pada 2024, terkoreksi hampir 7,1 persen (YoY) dari Rp3,40 triliun. Hal itu karena laba usaha yang menurun 7,9 persen menjadi hampir Rp4,1 triliun.
Kendati demikian, secara kuartalan, kinerja Alfamart membaik di kuartal IV 2024, dengan laba bersih yang melonjak 20,8 persen (QoQ) menjadi Rp744 miliar.
Dari segi neraca, total aset AMRT adalah Rp38,8 triliun, bertumbuh dari Rp34,3 triliun. Lalu, liabilitasnya pun naik dari Rp18,5 triliun menjadi Rp21,1 triliun. Begitu juga dengan ekuitas yang meningkat dari Rp15,7 triliun menjadi Rp17,7 triliun.
Per Senin (24/3), saham AMRT ditutup melemah 6,19 persen di harga Rp1.820, dibandingkan harga pada penutupan hari sebelumnya, yakni Rp1.940. Dalam sepekan terakhir, harga AMRT sudah terkoreksi sebesar 18,75 persen. Sementara dalam sebulan belakangan, koreksinya mencapai 24,48 persen.
