Harga CPO Melambung, Siapa Pemilik Lahan Sawit Terbesar?

Perusahaan swasta menguasai 50% lahan sawit di Indonesia.

Harga CPO Melambung, Siapa Pemilik Lahan Sawit Terbesar?
Pekerja memanen tanda buah segar kelapa sawit. ANTARA FOTO/Syifa
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Harga komoditas kelapa sawit (crude palm oil/CPO) di pasar internasional tengah melonjak, bahkan melampaui era sebelum pandemi COVID-19. Indonesia sebagai negara dengan luas lahan perkebunan sawit terbesar tentu dapat mereguk keuntungan ini. 

Berdasarkan data dari indexmundi, reli kenaikan harga sawit ini mulai terjadi sejak Mei 2020 atau saat awal wabah merebah. Saat itu, harga CPO US$576,6 per metrik ton. Tapi tahukah berapa harga sawit sekarang? Menurut data yang sama, harga sawit untuk kontrak September 2021 mencapai US$1176,8 per metrik ton, atau artinya sudah meningkat 104,1 persen atau dua kali lipat.

Data Statistik Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian pada 2020 menunjukkan luas lahan sawit Indonesia 14,9 juta hektar. Dari jumlah tersebut, 55,7 persennya atau sekitar 8,3 juta hektar dikuasai perusahaan besar swasta (PBS).

Untuk perkebunan rakyat, luasannya 6,0 juta hektar atau sekitar 40,3 persen dari keseluruhan. Sisanya, dikendalikan perusahaan besar negara (PBN), yakni 569,2 ribu hektar.  

Jika dilihat berdasarkan wilayah, lahan sawit terbesar terdapat di Sumatra dengan luas 8,1 juta hektare, yang tersebar di Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. Setelahnya adalah Kalimantan, dengan luas 6,0 juta hektare.

Berikut sejumlah perusahaan dengan luas lahan sawit terbesar berdasarkan laporan tahunan 2020. 

PT Astra Agro Lestari Tbk

Astra Agro Lestari, yang dikenal dengan kode saham AALI, pada 2020 memiliki luas lahan sawit (tertanam) mencapai 287,6 ribu hektare. Lahan sawit perusahaan ini utamanya berada di Kalimantan dengan 131,5 ribu hektare. Sisanya, ada di Sumatra (104,4 ribu hektare) dan Sulawesi (51,7 ribu hektare).

Perusahaan yang ada di bawah naungan grup Astra Internasional ini sanggup menghasilkan CPO rata-rata di atas 1 juta ton setidaknya dalam tiga tahun terakhir. Pada 2020, misalnya, produksi CPO emiten ini mencapai 1,4 juta ton, turun dari 1,7 juta ton pada 2019.

Perusahaan yang berdiri sejak 1988 ini mencetak laba Rp833,09 miliar pada 2020, naik dari Rp211,18 pada tahun sebelumnya.

PT Salim Ivomas Pratama Tbk

Salim Ivomas Pratama, perusahaan milik taipan Anthony Salim, tercatat menguasai seluas 253.061 hektare lahan sawit tertanam. Dari jumlah tersebut, di antaranya banyak tersebar di Sumatra Selatan dan Kalimantan Timur.

Perusahaan dengan kode emiten SIMP itu menghasilkan737 ribu ton minyak sawit tahun lalu, turun 12,3 persen dari 840 ribu ton pada 2019. 

SIMP pada 2020 membukukan laba Rp234,28 miliar, jauh lebih baik ketimbang kinerja tahun sebelumnya yang tergencet rugi Rp546,15 miliar.

PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk

Perusahaan yang dikenal dengan kode SMAR ini merupakan bagian dari grup konglomerasi bisnis Sinar Mas. Berdasarkan laporan tahunannya, SMAR memiliki luas lahan sawit tertanam 137.512 hektare. Lahan SMAR ini terbanyak dimiliki sendiri dengan porsi mencapai 77 persen, sedangkan 23 persen sisanya dimiliki oleh para petani.

Tahun lalu, SMAR sanggup mencatatkan produksi minyak sawit 739 ribu ton—terkoreksi dari capaian tahun sebelumnya yang mencapai 822 ribu ton.

Perusahan yang resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 1992 ini juga mampu meraih laba lebih dari Rp1,5 triliun pada 2020, naik lebih dari 71 persen ketimbang 2019 yang mencapai lebih dari Rp898 miliar.

PT Sampoerna Agro Tbk

Sampoerna Agro memiliki luas lahan sawit tertanam 135 ribu hektare, dengan lahan di Sumatra sebagai yang terluas. Kapasitas produksi CPO perusahaan ini 347.407 ton, turun 9,8 persen dari tahun sebelumnya.

Perusahaan yang dulunya bernama PT Selapan Jaya ini pada 2020 merugi hingga Rp191,7 miliar. Capaian tersebut berbanding terbalik saat perusahaan sanggup menangguk untung pada 2019 sebesar Rp39,9 miliar.

PT Eagle High Plantation Tbk

Perusahaan yang dulunya bernama PT BW Plantation ini melaporkan kepemilikan lahan sawit tertanam 124.128 hektare. Lokasi perkebunannya ada di Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, dan Papua. Sedangkan pabrik pengolahan CPO-nya ada di Kalimantan dan Papua.

Emiten dengan kode saham BWPT ini menghasilkan minyak sawit 234.476 ton tahun lalu. Sedangkan, produksinya pada 2019 mencapai 303.188 ton atau turun 22,7 persen.

Perusahaan yang mulai beroperasi pada 2004 tersebut mencetak rugi Rp1,08 triliun pada 2020, jauh lebih baik dari Rp1,13 triliun pada tahun sebelumnya. 

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan