IATA Proyeksi Rugi Industri Penerbangan Menyusut pada 2022

Permintaan penumpang belum akan pulih ke era sebelum pandemi

IATA Proyeksi Rugi Industri Penerbangan Menyusut pada 2022
ANTARA FOTO/Fauzan/aww
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memproyeksikan industri penerbangan akan mengalami perbaikan yang berarti tahun depan. Lembaga ini memperkirakan, bisnis maskapai pada 2022 masih akan merugi, namun nilainya akan jauh lebih kecil dari tahun-tahun awal pandemi Covid-19.

Menurut IATA, industri penerbangan pada 2022 masih akan merugi di kisaran US$11,6 miliar atau sekitar Rp168,2 triliun. Namun, kondisinya akan lebih baik lantaran kerugian merosot 77,6 persen dari perkiraan rugi tahun ini sebesar US$51,8 miliar atau setara Rp751,1 triliun.

IATA juga telah merevisi perkiraan rugi industri maskapai pada 2020 menjadi US$137,7 miliar dari sebelumnya US$126,4 miliar. Namun, pada 2020-2022, industri ini diperkirakan akan mengalami kerugian total mencapai US$201 miliar atau lebih dari Rp2.800 triliun.

Permintaan penumpang belum tumbuh ke era sebelum pandemi

ANTARA FOTO/Fauzan/aww.

Faktor utama yang menyebabkan industri maskapai masih merugi lantaran sisi permintaan.yang diukur berdasarkan revenue passenger kilometers/RPK, belum bisa kembali ke era sebelum pandemi atau 2019. Lembaga ini memperkirakan, tingkat permintaan pada 2022 baru akan mencapai 61 persen dari 2019, sedangkan pada 2021 sebesar 40 persen dari 2021.

IATA menyebutkan jumlah penumpang maskapai global tahun depan diperkirakan mencapai 3,4 miliar orang. Angka ini masih lebih rendah dari jumlah penumpang pada 2019 yang mencapai 4,5 miliar orang.

Direktur Jenderal IATA, Willie Walsh, mengatakan pagebluk memang telah menyebabkan kerugian besar bagi industri penerbangan. Namun, menurutnya, kerugian itu ke depannya akan berkurang seiring upaya maskapai melakukan efisiensi sejumlah beban serta memanfaatkan berbagai peluang bisnis.

“Industri penerbangan telah melewati titik terdalam dari krisis. Sementara masalah serius tetap ada, jalan menuju pemulihan mulai terlihat. Penerbangan kembali menunjukkan ketahanannya,” kata Willie dalam keterangan pers yang dikutip dari laman IATA, Selasa (5/10).

Pemulihan industri maskapai juga akan ditopang oleh pertumbuhan bisnis kargo. Berdasarkan catatan IATA, tahun ini bisnis tersebut diperkirakan bakal naik 7,9 persen di atas level 2019, sedangkan pada 2022 tumbuh 13,2 persen atau di atas level sebelum pandemi.

Kondisi industri maskapai RI

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/foc.

Di dalam negeri, industri maskapai juga terlihat tengah mengalami peningkatan meski belum mencapai level sebelum pandemi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah penumpang penerbangan domestik pada Agustus mencapai 1,07 juta orang, atau meningkat 7,26 persen secara bulanan. Sedangkan, jumlah penumpang penerbangan internasional juga tumbuh 3,0 persen secara bulanan.

Akan tetapi, secara kumulatif pada Januari-Agustus tahun ini, jumlah penerbangan domestik masih turun 18,36 persen ketimbang periode sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Jumlah penerbangan internasional juga turun, tapi lebih tajam, yakni 89,8 persen yoy.

Meski penerbangan dalam negeri terlihat menuju pemulihan, namun dua maskapai penerbangan Indonesia masih mencatatkan kerugian: PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan PT AirAsia Indonesia Tbk.

Catatan rugi tahun berjalan Garuda, misalnya, US$901,7 juta, naik dari US$723,3 juta. Kerugian ini terjadi akibat penurunan pada pendapatan penumpang menjadi US$375,3 juta (40,5 persen) serta pendapatan lain-lain (32,2 persen). Namun, Garuda masih mencatatkan kenaikan pendapatan dari charter sebesar US$41,6 juta (93,2 persen) juga dari kargo dan dokumen (51,7 persen).

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, sebelumnya mengatakan perusahaan tengah menggenjot lini bisnis pengiriman barang melalui aplikasi KirimAja. Aplikasi layanan pengiriman barang ini sudah dirilis Garuda sejak pertengahan 2020 dan mencatatkan performa yang baik.

Menurut Irfan, pasar "KirimAja" saat ini tengah tumbuh solid dengan 140 ribu transaksi sepanjang semester I-2021. Jumlah tersebut meningkat signifikan dibandingkan catatan pengiriman barang "KirimAja" pada tahun sebelumnya, yakni sebesar 89 ribu transaksi.

Sementara itu, AirAsia Indonesia mencatatkan rugi tahun berjalan Rp1,17 triliun, naik dari Rp909,63 miliar.

Pada Rabu (29/9), perusahaan memutuskan kembali melayani penerbangan berjadwal secara bertahap. Operasi pertama akan menyasar rute Jakarta-Bali, yang bakal aktif pada 14 Oktober.

Ini setelah pada awal Juli perseroan mengumumkan penghentian sementara layanan penerbangan berjadwal baik rute domestik maupun internasional. Keputusan ini sejalan dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat. 

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi