CIMB & JTrust Dikabarkan Berebut Akuisisi Bank Commonwealth Indonesia

Bank nasional banyak diincar asing?

CIMB & JTrust Dikabarkan Berebut Akuisisi Bank Commonwealth Indonesia
Bank Commonwealth/Shutterstock Muhammad Hanif MM
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Group perbankan asal Malaysia, CIMB hingga korporasi perbankan asal Jepang, JTrust Bank dikabarkan berebut untuk mengakuisisi PT Bank Commonwealth yang berada di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, nilai dari akuisisi Bank Commonwealth diperkirakan menyentuh harga US$400 juta hingga US$500 juta atau sekitar Rp6,20 triliun hingga Rp7,77 triliun.

Kabar tersebut pertama kali disampaikan oleh Reuters. Dalam kabar tersebut, Morgan Stanley selaku penasihat keuangan penjualan Bank Commonwealth telah meminta para Perusahaan yang berminat untuk mengajukan nilai penawaran yang mengikat pada awal November 2023. Namun demikian, sumber tersebut belum bersedia menjelaskan secara rinci tanggal dari akuisisi penjualan Bank Commonwealth di Indonesia.

“CIMB dan J Trust telah menyatakan minatnya dan sedang mempertimbangkan untuk mengajukan penawaran yang mengikat. Kedua perusahaan tersebut juga memiliki unit perbankan di Indonesia,” tulis sumber Reuters yang dikutip di Jakarta, Selasa (7/11).

Seperti diketahui, 99 persen saham Bank Commonwealth Indonesia digenggam oleh raksasa bank asal Australia, Commonwealth Bank of Australia (CBA). Dengan ekspansi pertama kali pada tahun 1992 di Indonesia, Bank Commonwealth diarahkan untuk fokus pada segmen retail banking, Usaha Kecil Menengah (UKM) hinnga layanan perbankan korporasi.

Bank Commonwealth catat kerugian yang membesar hingga Rp415 miliar

Lindungi Data Nasabah, Bank Commonwealth Raih Sertifikasi ISO 27001/Dok Commonwealth Bank

Di tengah isu akuisisi tersebut, kinerja dari Bank Commonwealth Indonesia masih terkontraksi cukup dalam untuk pembukan laba bersih hingga kuartal III-2023. Bank dengan logo kotak kuning ini masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp415,83 miliar atau membengkak 452,08 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan rugi Rp75,32 miliar.

Dilansir dari laporan keuangannya, salah satu penyebab membengkaknya rugi bersih ialah turunnya pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) sebesar 20,5 persen (yoy) menjadi Rp435 miliar. Kondisi tersebut diperparah dengan beban operasional yang menandakan bahwa bisnis yang dijalankan tidak efisien. Tercatat, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) Bank Commonwealth yang naik menjadi 144,77 persen. Dengan kinerja tersebut, aset dari Bank Commonwealth Indonesia juga ikut menyusut 11,3 persen (yoy) menjadi Rp16,55 triliun di kuartal III-2023.

OJK: Bank nasional jadi rebutan asing

Ilustrasi Perbankan/ Achmad Bedoel

Saat dikonfirmasi ke pihak regulator, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku belum menerima surat permohonan akuisisi dari CIMB Niaga hingga JTrust Bank Indonesia terkait langkah akuisisi Bank Commonwealth.

Namun demikian, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae sempat mendapat kabar tersebut dan membenarkan bahwa masih banyak investor asing yang berminat investasi di perbankan nasional.

"Belum ada permohonan izin (yang disampaikan), dan lagi pula kalau ada ini belum bisa saya beritahukan karena itu kan berpengaruh pada saham dan lain sebagainya. Ada corporate action, kan ada dampak. Tapi kalau soal ada (investor akan masuk), itu jelas. Sedang ada beberapa calon," jelas Dian saat ditemui media di Gedung DPR RI Jakarta,(6/11).

Di sisi lain, OJK menilai kinerja perbankan nasional masih dalam tren positif dan sangat kuat di tengah ketidakpastian ekonomi global. Hal ini tentu membuat daya tarik investor asing untuk berinvestasi. Sejumlah investor asal Jepang, Korea Selatan hingga Singapura disebut sangat tertarik untuk berinvestasi di pasar Indonesia. Namun demikian, lanjut Dian, sebagai regulator tentu OJK harus menyeleksi investor tersebut agar serius dan fokus berinvestasi di perbankan nasional.

Seperti diketahui, OJK mencatat likuiditas industri perbankan pada September 2023 dalam level yang memadai dengan rasio-rasio likuditas jauh di atas level kebutuhan pengawasan. Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) tercatat sedikit turun masing-masing menjadi 115,37 persen dan 25,83 persen. Namun demikian, Dian menyatakan level tersebut tetap jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Apple Minta Maaf atas Iklan iPad Pro yang Tuai Kontroversi
Pertamina Bantah Isu tentang Penghentian Penjualan Pertalite
PT Timah Rombak Jajaran Direksi, Ini Daftar Terbarunya
5 Tips Jaga Privasi Chat di WhatsApp Dengan Manfaatkan Fitur yang Ada
RUPST Bank Mas Absen Bagi Dividen dan Ganti Direktur
Paramount Petals Bangun Area Komersial Berbasis Kota Mandiri