Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Foto 1 (1).JPG
Ilustrasi pengiriman paket/Dok. PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI)

Jakarta, FORTUNE - PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI) membuka peluang bisnis keagenan kurir bagi generasi muda di tengah pertumbuhan industri logistik nasional. Model ini memungkinkan calon pelaku usaha masuk ke sektor jasa pengiriman tanpa harus membangun infrastruktur dan sistem operasional dari awal.

Direktur Utama TIKI, Yulina Hastuti, mengatakan sektor logistik menawarkan peluang usaha yang relatif stabil, seiring dengan ekspansi e-commerce, pertumbuhan UMKM, dan perubahan perilaku belanja masyarakat ke kanal daring. Namun, tidak semua calon pengusaha memiliki kesiapan untuk membangun bisnis secara mandiri sejak tahap awal.

“Generasi muda Indonesia memiliki kreativitas dan energi yang besar untuk membangun usaha. Tantangannya, mereka sering kali bingung mencari bisnis yang sudah terbukti stabil,” ujar Yulina, dalam keterangannya, Senin (15/12). Menurutnya, melalui keagenan TIKI, kami menyediakan sistem yang matang, dukungan operasional, dan ekosistem logistik yang kuat sehingga mitra dapat langsung fokus membesarkan bisnisnya.

Dalam memilih mitra usaha keagenan, Yulina menilai sejumlah faktor menjadi penentu, mulai dari reputasi perusahaan, luas jaringan layanan, kemudahan sistem operasional dan teknologi, hingga kejelasan skema investasi. Selain itu, aspek pendampingan juga krusial agar mitra memahami karakter bisnis jasa kurir.

“TIKI telah menjalankan konsep waralaba sejak awal berdiri. Kami percaya bahwa bisnis waralaba yang sehat adalah bisnis yang memungkinkan perusahaan dan mitra berkembang bersama, berbagi nilai yang sama, dan memiliki rasa kepemilikan yang setara,” kata Yulina.

Saat ini, TIKI memiliki jaringan distribusi yang mencakup 66 kota besar, lebih dari 500 kantor perwakilan, 3.700 gerai, serta didukung lebih dari 6.000 karyawan. Jangkauan tersebut menjadi fondasi utama dalam mengembangkan model keagenan kurir di berbagai wilayah.

Melalui skema TIKI Gerai, perusahaan menawarkan pola kemitraan dengan modal awal relatif rendah, yakni Rp6 juta. Mitra memperoleh pembagian keuntungan yang transparan dengan komisi harian hingga 28 persen dari omzet, bergantung pada kinerja gerai.

Pengalaman mitra juga menjadi cerminan dinamika bisnis ini. Safrijal Siregar, salah satu mitra TIKI sejak 2013, memulai usahanya dari satu gerai di Kalimalang, Jakarta Timur, dan kini mengelola enam gerai.

“Saya memulai keagenan TIKI pada tahun 2013 karena ingin membangun usaha di luar profesi saya sebagai pengacara. Bisnis kurir adalah industri yang akan selalu dibutuhkan masyarakat karena arus transaksi barang yang terus meningkat,” ujarnya. Ia menambahkan, sebagai mitra tanpa latar belakang logistik, sistem dan jaringan yang sudah terbentuk menjadi faktor penting dalam menjaga keberlanjutan usaha.

Menurut Safrijal, dukungan operasional dan sistem yang berjalan memungkinkan bisnis tetap tumbuh meski ia memiliki mobilitas tinggi dalam profesi utamanya. “Penting bagi saya memiliki sistem yang bisa berjalan dengan baik tanpa perlu saya awasi setiap hari,” katanya.

Menutup penjelasannya, Yulina menyebut pertumbuhan mitra menunjukkan ruang ekspansi industri kurir masih terbuka luas. “Pertumbuhan para mitra menunjukkan bahwa peluang di industri kurir masih sangat luas,” ujarnya.

Editorial Team