Jakarta, FORTUNE - Produsen otomotif Cina, BYD Co menyalip posisi Tesla sebagai produsen kendaraan listrik terbesar dunia dengan total rekor penjulan sebesar 526.409 unit sepanjang kuartal IV 2023, melampaui perusahaan milik Elon Musk yang hanya tercatat 494.989 unit di periode yang sama.
Dilansir dari The Guardian, perusahaan yang dibekingi oleh miliarder investasi AS Warren Buffett sejak 2008 ini berhasil mengalahkan produksi Tesla selama dua tahun berturut-turut.
BYD yang merupakan singkatan "Build Your Dreams" mengatakan telah memproduksi 3,02 juta kendaraan sepanjang 2023, mencakup 1,6 juta mobil listrik bertenaga baterai (BEV) dan 1,4 juta mobil hibrida (plug in hybrid).
Sedangkan, Tesla pada Selasa kemarin mengumumkan telah memproduksi 1,84 juta unit mobil listrik. Artinya, Tesla masih menjadi pemimpin pada kategori produksi mobil listrik bertebaga baterai dengan 1,8 juta kendaraan listrik terjual, dibandingkan BYD yang tercatat 1,6 juta unit.
Sebagian besar kendaraan BYD dijual dengan harga lebih rendah daripada Tesla, yang mendapatkan sekitar 20 persen penjualannya dari pasar Tiongkok. Sedangkan, produsen mobil listrik Tiongkok seperti BYD dan Nio mengincar menjadi pemain utama di pasar internasional, dengan fokus utamanya di Eropa.
Pada Desember, BYD yang telah memasarkan lima model di Eropa dan berencana meluncurkan tiga model lagi tahun ini, sambil mengumumkan rencana untuk membangun pabrik baru di Hongaria.
Sebelumnya, perusahaan tersebut mengatakan tidak memilih membangun pabrik Eropa pertamanya di Inggris karena khawatir mengenai dampak Brexit. Inggris bahkan belum membuat daftar 10 besar lokasi yang memungkinkan mereka membangun pabrik mobil pertamanya di Eropa.
Produsen mobil listrik terlaris di Tiongkok menargetkan menjual sekitar 800.000 mobil per tahun di pasar Eropa pada 2030. Namun, target itu berpotensi terhambat setelah Komisi Eropa meluncurkan penyelidikan anti-subsidi pada bulan September lalu terhadap impor kendaraan listrik Tiongkok.
Mengomentari keputusan tersebut, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan kendaraan listrik Tiongkok kini membanjiri pasar global dan “dipertahankan secara artifisial dalam jumlah rendah melalui subsidi negara”.
Investigasi tersebut diperkirakan akan memakan waktu satu tahun, dapat mengakibatkan UE mengenakan tarif hukuman terhadap kendaraan Tiongkok.