BUSINESS

5 Rahasia Sukses d’BestO Miliki 300 Outlet dan Ribuan Karyawan

Waralaba ayam goreng mampu berkembang melewati tantangan.

5 Rahasia Sukses d’BestO Miliki 300 Outlet dan Ribuan KaryawanSalah satu outlet d’BestO/Dok. d’BestO
21 December 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bisnis kuliner ayam goreng bukan sekedar tren yang lekas berlalu. Makanan yang satu ini digemari semua orang dan membuat outlet kuliner olahan ayam ini pun makin menjamur. Dari berbagai pemain F&B yang mengandalkan menu ayam goreng cepat saji di Indonesia, nama d’BestO patut diperhitungkan.

Mengusung konsep berbeda dibanding pesaing dari luar negeri yang umumnya menyasar segmen restoran, d’BestO fokus untuk menyediakan menu fried chicken dalam konsep mini resto yang sederhana dan merakyat. Dengan fokus pada segmen ini, d’BestO berhasil melebarkan sayap dengan pesat hingga kini telah memiliki hampir 300 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, hingga Sumatera Barat. 

Dalam malam penghargaan Shopee Super Awards 2021 pada Kamis (16/12) lalu, Wahyu Pambudi, Corporate Secretary d’BestO membagikan lima rahasia d’BestO hingga bisa berkembang pesat secara konsisten melewati berbagai tantangan.

d’BestO sendiri terpilih menjadi Top Growing F&B Merchant pada Shopee Super Awards 2021, acara penghargaan yang dilakukan oleh Shopee untuk mengapresiasi berbagai pihak dan figur yang dinilai turut menjadi penggerak ekonomi digital di Indonesia.

Apa saja rahasia sukses waralaba d’BestO hingga mampu bertahan hingga saat ini? 

1. Jeli memilih segmen usaha

Saat ini sudah banyak waralaba ayam goreng atau fried chicken yang tersebar di Indonesia, baik waralaba lokal maupun internasional. Meskipun demikian, pendiri d’BestO, Evalinda Amir dan Setyajid, memberikan sentuhan yang berbeda untuk waralabanya.

 Dua pendiri d’BestO yang merupakan dokter hewan tersebut ingin menawarkan ayam goreng yang terjangkau dengan rasa yang lezat, konsisten, dan bersertifikasi Majelis Ulama Indonesia (MUI). 

“Produk yang kami jual pasti ada waktunya akan sama atau mirip dengan kompetitor. Namun, selalu ada jalan untuk menemukan celah yang bisa kita maksimalkan,” tutur Wahyu.

2. Berpikir kreatif saat menghadapi krisis

Seperti waralaba lainnya, d’BestO juga mengalami pasang-surut usaha. Pada 1994, Evalinda dan Setyajid sudah membuka outlet ayam goreng dengan sistem gerobak yang dinamakan Kentuku Fried Chicken (KUFC).

 Namun, pada 1998 sampai 2005, KUFC menghadapi krisis akibat wabah flu burung di Indonesia. Tak menyerah, Evalinda dan Setyajid turut menyertakan status mereka sebagai dokter hewan dalam profil di setiap outlet. Tujuannya agar masyarakat yakin bahwa produk yang dijual KUFC bebas dari flu burung. 

Related Topics