BUSINESS

East Ventures: Indeks Daya Saing Digital Indonesia Membaik

EV-DCI 2022 mengungkap daya saing digital di Indonesia.

East Ventures: Indeks Daya Saing Digital Indonesia MembaikVersi lanjutan dari East Ventures - Digital Competitiveness Index 2022/Dok. EV
25 May 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Perusahaan modal ventura (venture capital/VC) East Ventures, meluncurkan versi lanjutan East Ventures - Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2022. Daya saing digital di 157 kota/kabupaten disebutkan terus menunjukkan tren positif dengan skor 43,5.

Laporan lanjutan tersebut merupakan bagian dari EV-DCI 2022 yang diluncurkan lebih awal pada Maret 2022 dan memberikan informasi mendalam tentang daya saing digital pada 157 kota/kabupaten di Indonesia.

Operating Partner East Ventures, David Fernando Audy, mengatakan laporan itu memberikan informasi yang lebih mendetail tentang bagaimana setiap kota/kabupaten telah berkontribusi menuju inklusi dan pemerataan daya saing digital di Indonesia.

“Laporan bertujuan untuk menandai keberhasilan dari sektor-sektor dan mengidentifikasi ruang perbaikan untuk mempercepat daya saing digital di Indonesia,” ujar David, dalam keterangan resmi, Selasa (24/5).

EV-DCI 2022 diharapkan bisa menjadi acuan bagi para pemangku kepentingan, yakni pemerintah, investor, akademisi, dan pelaku bisnis untuk memetakan dan menetapkan strategi menuju era emas digital Indonesia.

Pemerataan daya saing digital di Indonesia

Dia menjelaskan daya saing digital di kota/kabupaten di Indonesia terus menunjukkan tren positif. Hal ini terlihat dari laporan EV-DCI 2022 untuk 157 kota/kabupaten dengan skor 43,5, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya (2021), yaitu 42,2 dan dua tahun sebelumnya, yakni 36,7 (2020).

Selain itu, nilai spread antara kota/kabupaten dengan kinerja tertinggi dengan terendah juga semakin menyempit, yang mengindikasikan semakin berkurangnya kesenjangan daya saing digital.

Pada 2020 dan 2021, kesenjangan antara peringkat teratas dan peringkat terbawah masing-masing 52,2 dan 48,2. Tahun ini, nilai kesenjangan turun menjadi 47,3. Temuan ini menunjukkan bahwa kelompok menengah dan bawah terus tumbuh dan mengejar peringkat kota/kabupaten teratas.

Menurut dia, konsisten dengan dua laporan sebelumnya, peringkat teratas kota/kabupaten di wilayah Jabodetabek dan Jawa masih mendominasi. Posisi lima teratas terdiri atas DKI Jakarta, Kota Bandung, Kota Yogyakarta, Kota Bekasi, dan Kota Depok, secara berurutan.

Jabodetabek menunjukkan peningkatan daya saing digital

Sementara itu, kota/kabupaten lain di luar wilayah Jabodetabek juga terus menunjukkan peningkatan daya saing digital. Sebagai contoh, peringkat Kota Yogyakarta naik signifikan dari urutan ke-9 (2021) menjadi urutan ke-3 (2022).

Kabupaten Sleman naik lima peringkat ke posisi ketujuh, menandai sebagai kabupaten dengan kinerja terbaik. Di luar Jawa, salah satu kota/kabupaten yang mengalami peningkatan tajam adalah Kota Bengkulu yang naik 28 peringkat  ke posisi ke-14.

Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan skor yang signifikan di bidang sumber daya manusia (SDM). Selain pilar SDM, Kota Yogyakarta meningkatkan pilar tenaga kerja, Pemkab Sleman meningkatkan pengeluaran untuk teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dan Kota Bengkulu ditopang pilar infrastruktur dan penggunaan TIK.

Related Topics