BUSINESS

Kadin Ungkap Strategi Pengusaha Hadapi Prospek Suram Ekonomi Global

Penerapan ESG bantu efisiensi dan nilai tambah perusahaan.

Kadin Ungkap Strategi Pengusaha Hadapi Prospek Suram Ekonomi GlobalDeretan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (25/4/2022). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.
27 December 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Ekonomi dunia menghadapi proyeksi suram seiring ketidakpastian dan ancaman resesi global. Meski begitu, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia optimistis ekonomi dalam negeri masih akan tumbuh positif ditopang sejumlah katalis.

Ketua Umum Kadin, Arsjad Rasjid mengatakan, menghadapi situasi dunia yang sulit diprediksi, masyarakat termasuk pengusaha tidak perlu khawatir atau panik secara berlebihan.

"Kita boleh waspada, tapi juga harus optimistis. Kondisi perekonomian Indonesia masih tumbuh positif," kata Arsjad kepada Fortune Indonesia, dikutip Selasa (27/12).

Arsjad menilai, Indonesia masih memiliki sejumlah fundamental yang cukup baik, seperti pertumbuhan ekonomi kuartal III yang masih mencapai 5,72 persen. Selain itu, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2022 sebesar US$5,67 miliar.

Investasi kuartal kuartal III telah menembus Rp307,9 triliun, mencapai 74 persen dari target investasi 2022 sebesar Rp1.200 triliun. Sektor industri masih mencapai level ekspansif dengan diraihnya Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur 50,3 pada November 2022 – meski turun sedikit dari bulan sebelumnya.

"Dengan fundamental ekonomi yang kuat, saya optimis prospek ekonomi di 2023 akan
cerah," katanya.

Strategi pengusaha

Di tengah gejolak ekonomi global,  Arsjad mengatakan sektor usaha dapat melakukan sejumlah upaya dan memaksimalkan pangsa pasar domestik dan memanfaatkan berbagai peluang yang ada.

Pertama, dengan melakukan transisi digital dan mengadopsi teknologi 4.0 untuk meningkatkan efisiensi bisnis. Kedua, menggunakan bahan baku lokal untuk mengurangi ketergantungan terhadap barang impor, dan dapat terlindungi dari fluktuasi nilai tukar. 

"Juga mulai mengadopsi nilai nilai ESG (Environmental, Sosial dan Governance) untuk meningkatkan efisiensi biaya dan mendorong pertumbuhan," katanya.

Menurut kajiannya, lebih dari 70% konsumen rela membayar tambahan 5 persen biaya untuk produk ramah lingkungan jika memiliki kualitas yang sama dengan
alternatif non-hijau.

Implementasi ESG secara efektif dapat membantu menekan kenaikan biaya operasional, dan meningkatkan laba operasional hingga 60 persen. 

Related Topics