BUSINESS

Begini Prospek Bisnis Co-Working Space pada 2023

Tren penurunan permintaan bukan berarti bangkrut.

Begini Prospek Bisnis Co-Working Space pada 2023ilustrasi kantor BUMS (unsplash.com/Alex Kotliarskyi)
by
02 February 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Head of Office Leasing Advisory JLL Indonesia, Angela Wibawa, tidak menampik adanya penurunan dalam bisnis ruang kerja bersama atau co-working space setahun belakangan.

Namun, tren penurunan permintaan ruang kantor tidak dapat diartikan bahwa bisnis tersebut terancam bangkrut karena okupansi di sejumlah lokasi masih cukup baik.

"Menurut saya, co-working space masih dibutuhkan tapi itu juga tergantung dengan cara mereka berekspansi area mereka," kata Angela dalam agenda paparan update property Q4-2022, Rabu (1/2). 

Sebelumnya, salah satu penyedia co-working space, PT Evi Asia Tenggara dengan merk dagang CoHive, diputus pailit pada 18 Januari 2023 oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Perusahaan itu telah berstatus PKPU pada September 2022.

Angela tidak memungkiri status sejumlah co-working space yang gulung tikar sejak Covid-19 melanda. Namun, ada juga yang masih tumbuh dan bertahan, bahkan berekspansi ke lokasi lain. 

Menerapkan langkah lebih efisien

Menurutnya, pengelola yang melakukan ekspansi umumnya menerapkan sistem kemitraan revenue sharing dengan vendor-vendor lain. Upaya tersebut dapat menjadi langkah efisien untuk mempertahankan bisnis di tengah tekanan pasar. 

Apalagi, ekspansi dan skema kemitraan tersebut juga dapat memberikan peluang bagi pengelola untuk dapat membesarkan nama dan citra bisnis jasa ruang kantor masing-masing. 

"Co-working space di daerah SCBD [Sudirman Central Business District], okupansi mereka rata-rata masih bagus di atas 85, bahkan ada yang 90 persen," ujarnya.

Lebih lanjut, Angela menyampaikan ada wacana dari pihak pengelola gedung juga mengelola co-working space secara mandiri, alih-alih menawarkan pada vendor atau penyedia jasa lain. Namun, skema kemitraan dengan menawarkan waralaba masih jadi andalan. 

"Ada beberapa co-working yang menawarkan franchising," katanya.

Sewa perkantoran masih akan lesu pada 2023

Untuk sektor perkantoran konvensional, sewa di kawasan pusat bisnis (CBD) maupun non-CBD di sekitar Jakarta diperkirakan masih lesu pada 2023. Angela mengatakan tekanan ini disebabkan oleh permintaan yang terbatas mengingat banyak perusahaan masih menerapkan sistem kerja hybrid

"Namun, dengan dicabutnya PPKM oleh pemerintah pada akhir 2022, kita boleh berharap lebih banyak pekerja yang kembali bekerja di kantor yang dapat menjadi faktor pendukung meningkatnya jumlah permintaan ruang di sektor perkantoran,” kata Angela.

Berdasarkan data JLL Indonesia, tingkat hunian sektor perkantoran 71 persen untuk kawasan CBD dan 72 persen untuk kawasan non-CBD per kuartal IV-2022.

Pergerakan pasar perkantoran kembali tertahan dengan kehadiran pasokan baru 1 gedung yang telah beroperasi penuh pada kuartal IV-2022, yaitu Thamrin Nine 1 - Autograph Tower, dengan total luas 94 ribu meter persegi. 

Kemudian, perkantoran di wilayah CBD Jakarta, permintaan ruang kantor Grade A pada 2022 meningkat jika dibandingkan dengan 2021. Hal ini karena para perusahaan mulai aktif dalam melanjutkan strategi real estate mereka dengan melakukan perbandingan antara tetap berada di gedung mereka saat ini atau pindah ke gedung lain.

Relokasi yang terjadi tetap didominasi oleh perpindahan menuju gedung dengan tingkat yang lebih baik dan strategi penghematan biaya. Meskipun aktivitas meningkat, luas ruang yang dibutuhkan relatif mengecil dibandingkan sebelumnya.


 

Related Topics