Ikuti Nike, Adidas-Puma Buka Opsi Ikut Naikkan Harga Imbas Tarif AS

- Adidas dan Puma membuka opsi menaikkan harga sepatu lari dan pakaian olahraga di AS, mengikuti langkah Nike.
- Presiden AS Donald Trump telah memberlakukan tarif menyeluruh sebesar 10 persen untuk semua impor, termasuk produk olahraga.
- Merek lain cenderung mengikuti menaikkan harga setelah merek terkemuka menyesuaikan harganya, bergantung pada penilaian mereka terhadap kemauan pembeli AS untuk membayar.
Jakarta, FORTUNE - Adidas dan Puma buka opsi menaikkan harga sepatu lari dan pakaian olahraga di pasar Amerika Serikat, mengikuti langkah Nike. Ini tak lain disebabkan oleh kebijakan tarif impor AS, sehingga berpeluang menaikkan biaya bagi peritel.
Nike mengatakan akan menaikkan harga mulai pekan depan, Diketahui, Nike merupakan perusahaan pakaian olahraga terbesar berdasarkan penjualan dan kapitalisasi pasar.
"Itulah momen yang ditunggu-tunggu Adidas dan Puma," kata Robert Krankowski, analis barang olahraga di UBS dikutip dari Reuters, Jumat (23/5).
Kedua merek pakaian olahraga Jerman itu belum lama ini mengatakan mereka tidak akan menjadi yang pertama dalam menaikkan harga, sebaliknya menunggu untuk melihat apa yang akan dilakukan pesaing.
"Kami mungkin harus mengharapkan keputusan serupa dari Adidas dan Puma karena ... ini bukan khusus untuk Nike, ini adalah masalah industri. Semua orang akan terkena dampak tarif," tambah Krankowski.
Presiden AS Donald Trump telah mengenakan tarif menyeluruh sebesar 10 persen untuk semua impor, dan memukul Tiongkok dengan tarif yang lebih tinggi sebesar 30 persen. Yang lebih mengkhawatirkan bagi para jenama pakaian olahraga, pusat manufaktur alas kaki dan pakaian utama mereka yakni Vietnam menghadapi ancaman tarif tinggi sebesar 46 persen yang akan kembali berlaku pada Juli mendatang.
Nike menggambarkan kenaikan harga yang diumumkan sebagai bagian dari perencanaan musiman normalnya, tanpa menyebutkan tarif.
Sedangkan dilansir dari laman BBC, Nike merespons soal kenaikan harga itu dengan mengatakan: "Kami secara teratur mengevaluasi bisnis kami dan membuat penyesuaian harga sebagai bagian dari perencanaan musiman kam."
Dalam panggilan telepon dengan investor pada Maret, kepala keuangan Nike, Matt Friend mengatakan bahwa perusahaan tersebut "menavigasi beberapa faktor eksternal yang menciptakan ketidakpastian dalam lingkungan operasi saat ini" termasuk tarif.
Ia juga mengatakan Nike terus memantau "dampak ketidakpastian ini dan faktor makro lainnya pada kepercayaan konsumen".
Mulai Minggu, 1 Juni 2025, sebagian besar sepatu Nike yang harganya di atas US$100 (£74,50) akan mengalami kenaikan harga hingga US$10. Sementara harga pakaian dan perlengkapan juga akan akan naik antara US$2 hingga US$10.
Sepatu kets Air Force 1 Nike yang populer, serta sepatu yang harganya kurang dari US$100, akan dikecualikan dari kenaikan harga. Produk anak-anak dan pakaian serta aksesori bermerek Jordan juga akan dikecualikan.
Berdiskusi dengan mitra
Puma mengatakan mereka sedang berdiskusi dengan para mitranya di AS tetapi belum memutuskan mengenai kapan dan bagaimana mereka akan menyesuaikan harga. Sementara Adidas, belum berkomentar tentang rencana penetapan harga.
"Secara historis, ketika merek terkemuka menyesuaikan harga, pesaing cenderung mengikutinya segera setelahnya," kata Federico Borin, seorang analis di Janus Henderson dikutip dari Reuters.
Seberapa besar merek lain menaikkan harga akan bergantung pada penilaian mereka terhadap kemauan pembeli AS untuk membayar, yang bervariasi berdasarkan seberapa diminati sepatu kets atau sepatu lari mereka.
Adidas, yang mencatat lonjakan penjualan berkat sepatu vintage yang trendi seperti Samba seharga US$100 dan Gazelle seharga US$120, dapat dengan mudah menaikkan harga, kata Simon Jaeger, manajer portofolio di Flossbach von Storch di Cologne, Jerman, yang memegang saham di Adidas dan Nike.
Sedangkan, kenaikan harga Nike relatif sederhana. "Yang lebih mengkhawatirkan saya adalah bahwa konsumen AS secara umum tidak sekuat beberapa tahun yang lalu," katanya.
Sentimen konsumen AS merosot lebih jauh pada bulan Mei sementara ekspektasi inflasi satu tahun melonjak, menurut Survei Konsumen Universitas Michigan pada Jumat.
Mengingat permintaan yang lebih lemah, para merek pakaian olahraga harus mengelola inventaris mereka dengan hati-hati di pengecer, kata Jaeger, untuk menghindari kelebihan pasokan dan dipaksa untuk memberikan diskon.
Puma, yang penjualannya di AS sedang melambat, mungkin tidak punya banyak ruang untuk menaikkan harga dibanding Adidas, kata Krankowski dari UBS.
Puma mengatakan pihaknya menargetkan menjual 4 juta hingga 6 juta pasang sepatu kets Speedcat seharga US$100 yang terinspirasi dari Formula 1 tahun ini, tetapi penjualannya lebih lambat dari yang diharapkan, sehingga muncul pertanyaan apakah mereka harus menaikkan harga sepatu tersebut.