Jakarta, FORTUNE - Tensi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Cina kian menuju titik didih. Presiden AS, Donald Trump, tanpa tedeng aling-aling mengancam akan mengerek tarif impor produk asal Negeri Tirai Bambu hingga menyentuh angka 50 persen. Langkah ini akan diambil jika Beijing tak kunjung mencabut kebijakan balas dendam atas tarif yang sebelumnya diterapkan Washington.
Gelagat perang dagang ini sebenarnya sudah terasa sejak pekan lalu. Trump menaikkan tarif impor dari Cina menjadi 34 persen, melanjutkan tren kenaikan dari 20 persen sebelumnya. Tidak tinggal diam, Cina pun merespons dengan memberlakukan tarif serupa terhadap berbagai produk andalan AS.
Melalui unggahannya pada platform Truth Social, Senin (7/4), Trump seolah ingin menegaskan kembali ancamannya. Ia menuliskan, seperti yang dilansir dari laporan Fortune, bahwa dia telah memperingatkan ihwal potensi pembalasan ini. Lebih lanjut, ia menyatakan setiap tindakan serupa akan dijawab dengan eskalasi tarif lebih tinggi.
“Jika Tiongkok tidak membatalkan kenaikan tarif 34 persen mereka terhadap pelanggaran dagang jangka panjang yang telah dilakukan, paling lambat 8 April 2025, maka mulai 9 April, AS akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 50 persen,” demikian Trump seperti dikutip dari laporan Fortune.
Tak hanya itu, Trump juga menyampaikan ultimatum bahwa seluruh diskusi bilateral dengan Cina akan dihentikan jika tuntutannya tak digubris.
Di sisi lain, ia mengisyaratkan AS akan segera membuka pintu negosiasi perdagangan dengan sejumlah negara lain, sembari menyampaikan apresiasinya atas perhatian mereka terhadap isu krusial ini. Jika ancaman Trump benar-benar direalisasikan, total tarif yang dikenakan pada produk-produk Cina bisa mencapai angka fantastis, yakni 104 persen.
Bahkan, skenario terburuk bisa terjadi jika tarif sekunder diberlakukan akibat pembelian minyak dari Venezuela, yang berpotensi melambungkan tarif hingga 129 persen.
