Produsen Barbie Tiba-tiba PHK Ratusan Karyawan, Ada Apa?

Jakarta, FORTUNE - Produsen mainan ternama di balik Barbie dan Hot Wheels, Mattel, akan memberhentikan 120 karyawan dari kantor pusatnya di El Segundo. Informasi ini disampaikan dalam pemberitahuan resmi kepada pejabat negara bagian dan lokal. Perusahaan mainan dan hiburan ini memangkas berbagai posisi, termasuk di bidang pemasaran, desain, dan teknologi informasi. Beberapa karyawan yang terdampak memiliki jabatan sebagai manajer, direktur, atau wakil presiden. Demikian melansir Los Angeles Times, pada Kamis (20/3).
Sesuai ketentuan hukum, perusahaan diwajibkan memberi tahu karyawan serta pejabat negara bagian dan lokal setidaknya 60 hari sebelum pemutusan hubungan kerja massal melalui pemberitahuan WARN (Worker Adjustment and Retraining Notification).
Mattel mengajukan pemberitahuan ini pada Senin lalu dan menyatakan bahwa karyawan yang terkena dampak diperkirakan mulai meninggalkan perusahaan pada 19 Mei. PHK ini merupakan bagian dari upaya pemangkasan biaya yang dimulai Mattel tahun lalu guna meningkatkan profitabilitas perusahaan.
“Mereka dimaksudkan untuk memperkuat struktur organisasi kami guna mendorong pencapaian tujuan pertumbuhan serta mengoptimalkan operasi kami,” ujar juru bicara Mattel, Catherine Frymark. Perusahaan menargetkan penghematan biaya sebesar US$200 juta pada tahun 2026.
Dampak tarif dan diversifikasi produksi
Perusahaan mainan juga tengah bersiap menghadapi potensi dampak tarif impor yang diberlakukan Presiden Trump terhadap barang-barang dari Kanada, Meksiko, dan Cina—negara yang menjadi basis produksi utama bagi banyak produk mereka.
Pada Februari lalu, Chief Financial Officer Mattel, Anthony DiSilvestro, mengatakan kepada para analis dalam laporan keuangan kuartalan bahwa perusahaan telah melakukan diversifikasi dalam proses manufakturnya.
Menurutnya, pada tahun 2025, Cina diperkirakan hanya akan menyumbang kurang dari 40 persen dari total produksi global Mattel—lebih rendah dibandingkan rata-rata industri yang sekitar 80 persen.
Mattel juga dapat mengurangi dampak tarif dengan menaikkan harga dan mengoptimalkan rantai pasokan mereka.
“Tanpa mengungkapkan terlalu banyak detail karena alasan kompetitif, kami memiliki fleksibilitas dalam hal sumber pasokan, tujuan distribusi, serta rantai pasokan. Kami juga mempertimbangkan langkah penyesuaian harga untuk mengatasi dampak tarif,” kata DiSilvestro dalam UBS Global Consumer and Retail Conference pada Maret lalu.
Mattel tidak mengharapkan ada satu negara pun yang akan menyumbang lebih dari 25 persen dari total produksinya secara global pada 2027.
Tantangan dan prospek Mattel ke depan
Industri mainan menghadapi kesulitan setelah penutupan Toys R Us pada 2018 serta tekanan inflasi. Mattel sebelumnya juga telah melakukan PHK pada 2023 dengan alasan tantangan ekonomi.
Namun, penjualan mainan global mulai stabil tahun lalu, sebagian berkat meningkatnya jumlah orang dewasa yang membeli mainan untuk diri mereka sendiri, menurut firma riset pasar Circana.
Tahun ini, Mattel berhasil mendapatkan kembali hak untuk membuat action figure dan mainan lainnya berdasarkan karakter DC seperti Batman dan Superman, yang akan mulai diproduksi pada paruh kedua 2026.
Total penjualan bersih Mattel mencapai US$5,4 miliar pada 2024, turun 1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, laba bersih perusahaan naik menjadi US$542 juta dari US$214 juta pada 2023.
Mattel memperkirakan penjualan bersih akan meningkat setidaknya 2 persen tahun ini, didorong oleh penjualan Hot Wheels, UNO, serta produk-produk yang terkait dengan peluncuran film baru seperti Snow White dari Disney dan sekuel Wicked.