Jakarta, FORTUNE - Pemerintah Indonesia memastikan kelanjutan proyek raksasa kendaraan listrik (EV) senilai US$9,8 miliar, meskipun salah satu mitra utamanya, LG Energy Solution asal Korea Selatan, mengurangi sebagian keterlibatannya. Perusahaan Tiongkok, Huayou, kini mengambil alih peran LG pada beberapa bagian proyek tersebut.
“Secara konsep, proyek tidak ada yang berubah. Rencana infrastruktur dan produksi tetap sesuai dengan peta jalan awal. Hanya terjadi perubahan di level investor,” kata Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, dalam keterangannya, Rabu (23/4).
Proyek ini, yang merupakan bagian dari skema “Indonesia Grand Package”, mencakup seluruh rantai nilai, mulai dari penambangan bahan baku di hulu hingga produksi baterai di hilir.
Menanggapi potensi kekhawatiran terkait ketegangan geopolitik atau ketidakpastian ekonomi global, Bahlil meyakinkan bahwa proyek strategis ini tidak terdampak.
“Investasi senilai hampir US$8 miliar untuk pengembangan tahap berikutnya tetap berjalan. Groundbreaking lanjutan akan dilakukan tahun ini, tidak ada pembatalan atau penghentian,” ujarnya.
Bahlil menekankan bahwa pergantian mitra dalam proyek berskala besar adalah hal yang lazim terjadi, dan pemerintah hadir untuk memastikan transisi berjalan lancar serta komitmen semua pihak tetap terjaga.
Beberapa bagian dari proyek ini bahkan telah mulai menunjukkan hasil konkret. Pada 3 Juli 2024, Presiden Joko Widodo telah meresmikan pabrik sel baterai EV pertama di Indonesia di Karawang, Jawa Barat. Pabrik tersebut, hasil kerja sama Hyundai Motor Group dan LG melalui PT HLI Green Power, telah beroperasi dengan kapasitas produksi 10 Gigawatt hour (GWh) per tahun.