BUSINESS

Seni Meracik Selera ‘Ala’ Devin di F&B ID

Strategi melewati masa pagebluk pandemi.

Seni Meracik Selera ‘Ala’ Devin di F&B IDChatime, salah satu pemain di bisnis teh boba. (Shutterstock/Hendrick Wu)
10 April 2024

Fortune Recap

  • Bisnis Kawan Lama Group berkembang dari toko perkakas menjadi e-commerce, properti, dan kuliner.
  • Devin Widya Krisnadi (32) menjadi penerima penghargaan Fortune Indonesia 40 Under 40 tahun 2024 sebagai CEO F&B Indonesia di Kawan Lama Group.
  • Konsumen Indonesia terbuka pada cita rasa baru, sehingga bisnis kuliner seperti Chatime, Cupbop, dan Gindaco tetap diminati meskipun pasar sudah mengenal makanan dan minuman ala Amerika atau Italia.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bisnis Kawan Lama Group mulanya adalah toko perkakas dengan jenama utama ACE Hardware dan Krisbow. Kini, generasi ketiga sang perintis, Wong Jin, mengembangkan sayap bisnisnya dari e-commerce, properti hingga kuliner. Salah satunya adalah Devin Widya Krisnadi (32) penerima penghargaan Fortune Indonesia 40 Under 40 tahun 2024.

Sebagai CEO F&B Indonesia, Devin bertanggung jawab mengendalikan keseluruhan strategi pada lini bisnis makanan minuman di Kawan Lama Group. Ia membawahi lima jenama, yakni Chatime, Cupbop, Gindaco, Chatime Atealier dan Go! Go! Curry!.

Gerai Chatime pertama kali dihadirkan dari Taiwan ke Indonesia pada 2011 dan menjadi pelopor tren minuman teh susu dengan topping boba. Ia mengakui ini termasuk hal baru baginya, bahkan di lingkup Kawan Lama Group. 

“Misalnya kita jual obeng, 10 tahun pun tidak akan rusak. Tapi di bisnis F&B, kita buat teh lalu saat memasak bubble-nya terlambat diangkat 10 detik saja, rasanya akan berbeda. Jadi industri ini ada seninya,” kata Devin.

Delapan tahun berkutat di sayap bisnis kuliner Kawan Lama, Devin mengamati bahwa konsumen Indonesia sangat terbuka dalam mencoba cita rasa baru. Karenanya, saat pasar sudah mengakrabi ayam goreng dan minuman ringan ala Amerika atau pizza Italia, Cupbop yang menyajikan Korean barbeque atau Gindaco dengan kudapan Takoyaki Jepangnya tetap dilarisi pembeli.

Apalagi, orang Indonesia membeli makanan dan minuman tak sekadar untuk mengisi perut melainkan sebagai bagian dari gaya hidup. Itulah mengapa F&B Indonesia tak hanya fokus mendatangkan jenama kuliner baru, tetapi juga memikirkan penyajiannya. Chatime misalnya, punya berbagai format gerai, dari kios hingga atealier yang lebih premium. Ada juga soulfull hub by f&b id, sebuah konsep restoran di mana konsumen bisa memesan ragam menu dari Cupbop, Chatime Atealier dan Go! Go! Curry! di satu lokasi.

Berada di perusahaan keluarga tak berarti kerja Devin bebas dari tantangan. Misalnya saja, banyak yang meragukannya saat akan memboyong Go! Go! Curry!. 

“Top management kami, termasuk presiden direktur mempertanyakan. Tapi saya yakin bisa, karena masing-masing makanan unik,” ujarnya. Setahun berjalan, ia membuktikan bahwa keputusannya membawa cita rasa nasi kari asal Kanagawa, Jepang itu tak salah.

Related Topics