ilustrasi karyawan pabrik (unsplash.com/Arno Senoner)
Hasil survei ini juga menunjukkan bahwa industri kimia jadi sektor yang kemungkinan mengalami kenaikan gaji paling optimis mencapai 6,2 persen untuk 2026. Hal ini mencerminkan kepercayaan yang kuat terhadap investasi talenta.
Sebaliknya, industri otomotif memperkirakan kenaikan yang lebih moderat sebesar 4,9 persen, lebih rendah dibandingkan dengan industri lainnya. Perbedaan ini menegaskan pandangan industri yang beragam dalam mempersiapkan strategi kompensasi untuk tahun mendatang.
Untuk realisasi pembayaran bonus tahun 2025 juga diperkirakan sedikit di bawah ekspektasi, dengan rata-rata sebesar 16,6 persen dari gaji pokok tahunan, dibandingkan ekspetasi 17,5 persen pada tahun 2024.
Poin lain yang juga tergambar dari survei ini ialah tingkat pengunduran diri sukarela karyawan (voluntary turnover) diperkirakan mencapai 5,2 persen di tahun 2025, konsisten dengan tingkat 5,1 persen yang tercatat pada tahun 2023 dan 2024. Meskipun pengunduran diri sukarela tetap stabil, pengunduran diri non-sukarela diperkirakan meningkat, terutama di sektor teknologi tinggi, pertambangan, dan kontraktor pertambangan.
Selain itu, rencana ekspansi tenaga kerja juga melambat, dengan hanya sekitar 20 persen perusahaan yang berencana menambah karyawan pada tahun 2026, turun dari 25 persen pada perkiraan tahun sebelumnya.
“Temuan ini menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia harus mengelola ambisi pertumbuhan secara lebih strategis di tengah ketidakpastian ekonomi dan tekanan biaya yang meningkat. Dengan anggaran yang lebih ketat, pemimpin HR dan bisnis perlu memprioritaskan produktivitas melalui peningkatan keterampilan dan pelatihan ulang, memperkuat kapabilitas digital, dan berinvestasi pada kesehatan karyawan sebagai pembeda jangka panjang,” kata Presiden Direktur Mercer Indonesia, Isdar Marwan.
Menatap tahun 2026, para pemimpin HR akan menghadapi tantangan untuk mendorong produktivitas di tengah anggaran yang semakin ketat, sambil berusaha tetap memenuhi aspirasi pertumbuhan perusahaan. Hal ini akan membutuhkan fokus yang kuat pada inisiatif peningkatan keterampilan (upskilling) dan pelatihan ulang (reskilling), menjaga kompensasi yang adil, meningkatkan kesehatan perusahaan di tengah kenaikan biaya, serta membangun budaya digital yang selaras dengan tren talenta global.