Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
For
You

Stres Tinggi dan Penyakit Umum, Biang Lonjakan Biaya Medis Karyawan

20251211_103310.jpg
Astrid Suryapranata, Country Leader Mercer Marsh Benefits Indonesia/Dok. Fortune IDN/ Desy Y.

Jakarta, FORTUNE - Lonjakan biaya kesehatan karyawan di Indonesia semakin nyata, dipicu oleh penyakit sehari-hari yang selama ini dianggap sepele.

Laporan Indonesia Health and Benefits Study (IHBS) 2025 dari Mercer Marsh Benefits (MMB) mengungkap bahwa dari lebih dari 500.000 peserta manfaat kesehatan, keluhan paling umum adalah infeksi saluran pernapasan atas, gangguan pencernaan, serta nyeri punggung akibat duduk terlalu lama. Kondisi ini kini menjadi penyebab utama klaim kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.

Tekanan kerja yang kian berat ikut memperburuk situasi. Survei IHBS 2025 mencatat 33 persen karyawan mengalami stres hampir setiap hari, menjadikannya masalah kesejahteraan yang paling mendesak bagi perusahaan.

“Ada dinamika baru dalam kesehatan karyawan. Perusahaan perlu menyesuaikan program kesehatan mereka dengan pola penyakit dan kebutuhan karyawan agar mereka tetap produktif dan terlibat,” ujar Astrid Suryapranata, Country Leader Mercer Marsh Benefits Indonesia, dalam temu media di Jakarta, Kamis (11/12).

Tak hanya memicu gangguan mental, stres berkepanjangan juga meningkatkan risiko fisik seperti sakit kepala, gangguan tidur, hingga keluhan pencernaan. Di sisi lain, laporan IHBS menemukan bahwa infeksi usus menjadi penyebab klaim rawat inap terbesar pada 2024, menyumbang 7,3 persen dari total biaya klaim dan 12,3 persen jumlah kasus.

Penyakit demam berdarah berada di posisi berikutnya. Untuk rawat jalan, lebih dari 20 persen kasus masih didominasi infeksi saluran pernapasan atas akut, tren yang berlanjut sejak tahun sebelumnya.

Dalam situasi seperti ini, perusahaan mulai memperluas fokus pada kesehatan mental. IHBS 2025 mencatat 48 persen perusahaan sudah memasukkan Employee Assistance Program (EAP) ke dalam manfaat karyawan. Program ini memberikan dukungan profesional dan rahasia bagi pekerja yang menghadapi masalah pribadi maupun tekanan kerja, dan kini menjadi strategi utama perusahaan mencegah burnout.

Meski 86 persen perusahaan sudah menyediakan Medical Check Up (MCU) tahunan, banyak karyawan belum memanfaatkan hasil pemeriksaan sebagai dasar memperbaiki pola hidup. “Untuk perusahaan bisa manage dengan baik, perlu screening di awal,” kata Astrid. Ia menekankan pentingnya deteksi dini agar penyakit tidak berkembang menjadi kondisi yang lebih serius dan mahal.

Dalam upaya menekan biaya, perusahaan juga semakin melirik telemedicine sebagai alternatif layanan kesehatan yang lebih hemat. Konsultasi tatap muka di klinik menghabiskan rata-rata Rp1,4 juta per kunjungan, sementara layanan telemedicine hanya sekitar Rp855.000. Selain efisiensi biaya, akses cepat membuat karyawan lebih cepat mendapatkan penanganan tanpa harus meninggalkan pekerjaan.

MMB menegaskan bahwa kondisi kesehatan karyawan yang semakin dinamis menuntut kombinasi antara pencegahan, dukungan kesejahteraan mental, dan gaya hidup sehat.

Tidur cukup, makan teratur, bergerak lebih sering, memperbaiki postur duduk, serta memanfaatkan layanan kesehatan yang tersedia menjadi fondasi bagi kinerja yang lebih produktif dan berkelanjutan.

Screenshot_20251212_070705_Chrome.jpg
Dok. MMB
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us

Latest in Business

See More

Stres Tinggi dan Penyakit Umum, Biang Lonjakan Biaya Medis Karyawan

12 Des 2025, 09:18 WIBBusiness