Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Tarif Baru Trump ke Brasil Bisa Guncang Rantai Pasok Kopi Global

kopi termahal di dunia
ilustrasi kopi termahal di dunia (unsplash.com/Mike Kenneally)
Intinya sih...
  • Tarif impor 50 persen dari Trump ke Brasil mengguncang rantai pasok kopi global.
  • AS mengimpor 33 persen konsumsi nasional kopi dari Brasil, namun tarif ini dapat menghentikan pengiriman kopi baru.
  • Pengalihan pasar ke Eropa bisa terjadi karena konsumen AS tidak sanggup membayar jika tarif diberlakukan. Selain kopi, tarif juga berdampak pada impor jus jeruk AS.

Jakarta, FORTUNE – Tarif impor 50 persen yang diberlakukan pemerintahan Trump terhadap produk impor Brasil diperkirakan dapat mengguncang rantai pasok kopi global dan berpotensi membuat harga secangkir kopi di AS melonjak tinggi, melampaui rekor.

Brasil adalah produsen dan eksportir kopi terbesar di dunia, sementara AS adalah konsumen utamanya sekaligus konsumen kopi terbesar di duniaa. Hampir 200 juta warga AS mengonsumsi kopi setiap hari.

Sumber perdagangan kopi menyatakan bahwa tarif baru yang diumumkan Trump pada Rabu, jika benar-benar diterapkan mulai 1 Agustus, dapat menghentikan pengiriman kopi baru dari Brasil ke AS. Pada 2024, AS mengimpor 8,14 juta kantong kopi (masing-masing 60 kg) dari Brasil, atau sekitar 33 persen dari total konsumsi nasionalnya.

“Tarif sebesar ini akan menghentikan arus perdagangan itu. Eksportir Brasil tidak akan menanggungnya. Dan para peracik kopi di AS pun tidak mampu menanggungnya,” ujar Michael Nugent, broker kopi senior dan konsultan, sekaligus pemilik MJ Nugent & Co yang berbasis di California dikutip dari Reuters, Jumat (11/7).

“Intinya: Brasil akan menjual kopinya ke negara lain. AS akan membeli dari negara lain – Kolombia, Honduras, Peru, Vietnam – tapi tidak dalam jumlah atau harga yang sama seperti Brasil,”kata dia.

Para pedagang mengatakan, pasokan kopi alternatif akan lebih mahal, karena stoknya di pasar tidak banyak.

“Negara-negara membeli lebih banyak dari Brasil karena nilai ekonomisnya jauh lebih baik dibandingkan asal kopi lain yang lebih mahal,” kata direktur sebuah perusahaan dagang yang berbasis di Pantai Barat AS.

“Bukan soal apakah Brasil akan menjual, tapi apakah AS akan membeli (dengan tarif ini)? Kemungkinan besar tidak,” ujarnya.

Para pecinta kopi di seluruh dunia, termasuk di AS, saat ini sudah membayar harga yang tinggi atau mendekati rekor untuk biji kopi, menyusul lonjakan harga sebesar 70 persen tahun lalu akibat pasokan yang semakin ketat.

Harga kontrak berjangka kopi arabika naik 1,3 persen pada Kamis menyusul rencana kenaikan tarif tersebut.

Pengalihan pasar ke Eropa

Paulo Armelin, produsen kopi besar asal Brasil yang menjual langsung ke peracik kopi AS, mengatakan konsumennya tidak akan sanggup membayar jika tarif diberlakukan.

“Kami harus mencari pasar lain, mungkin ke Jerman,” katanya, seraya menambahkan bahwa menutup kontrak pun sudah sulit sejak awal tahun ini karena kenaikan harga.

Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengatakan bulan lalu dalam sidang Kongres bahwa beberapa sumber daya alam yang tidak tersedia di AS – seperti buah tropis dan rempah-rempah – bisa dikecualikan dari tarif, tergantung hasil negosiasi dengan negara produsen dan eksportir.

AS sendiri hanya memproduksi sebagian kecil kopi untuk konsumsi dalam negerinya dengan beberapa perkebunan di Hawaii dan California.

“Saya berharap diplomasi bisa berjalan, dan pada akhirnya kopi masuk dalam daftar pengecualian,” ujar Eduardo Heron, direktur kelompok eksportir kopi Brasil Cecafe, seraya menambahkan bahwa tarif ini bisa membuat ekspor tidak lagi layak secara ekonomi.

Selain kopi, lebih dari separuh jus jeruk yang dijual di AS berasal dari Brasil. Negara itu juga mengekspor produk lain seperti gula, kayu, dan minyak.

Harga kontrak berjangka jus jeruk naik 6 persen di New York pada Kamis seiring adanya kekhawatiran akan berkurangnya pasokan. Ketergantungan AS terhadap impor jus jeruk meningkat dalam beberapa tahun terakhir akibat penurunan tajam produksi domestik karena penyakit tanaman "citrus greening", badai, dan cuaca dingin ekstrem.

Laporan dari Departemen Pertanian AS awal tahun ini memperkirakan panen jeruk AS pada musim 2024-2025 akan merupakan yang terendah dalam 88 tahun, sementara produksi jus jeruk akan anjlok ke rekor terendah.

Share
Topics
Editorial Team
Ekarina .
EditorEkarina .
Follow Us