Jakarta, FORTUNE - Raksasa ritel fesyen asal Jepang, Fast Retailing Co Ltd, yang merupakan induk usaha Uniqlo, menyatakan akan menaikkan harga produk di pasar Amerika Serikat. Langkah ini ditempuh sebagai respons kebijakan tarif baru yang diumumkan Presiden AS Donald Trump, yang diperkirakan berdampak signifikan terhadap bisnis perusahaan pada akhir tahun ini.
Direktur Keuangan Fast Retailing, Takeshi Okazaki, mengatakan kebijakan tarif AS yang lebih tinggi tidak terhidnarkan, dan diprediksi akan memukul operasional Uniqlo, khususnya pada musim gugur dan musim dingin mendatang.
“Kami akan terdampak secara signifikan dari musim gugur dan musim dingin,” kata Okazaki dalam konferensi pendapatan kuartalan seperti dikutip dari laporan The Economic Times, Kamis (10/7).
Dengan kondisi tersebut, Okazaki menyebut, perseroan akan mengalami kesulitan menanggung biaya. “Pendekatan kami adalah menaikkan harga jika memungkinkan, dan pada akhirnya berfokus pada penciptaan bisnis berkelanjutan yang menghasilkan keuntungan secara aman,” ujarnya.
Langkah Uniqlo ini muncul di tengah kekhawatiran terhadap potensi lonjakan inflasi dan perlambatan ekonomi global, yang dipicu oleh ketidakpastian kebijakan tarif Trump. Presiden Trump menetapkan batas waktu baru mulai 1 Agustus untuk penerapan tarif resiprokal terhadap hampir semua mitra dagang AS.
Dalam surat yang dikirim Trump kepada pemerintah Sri Lanka, negara yang dikenal sebagai salah satu eksportir pakaian utama ke AS, tarif sebesar 30 persen akan diberlakukan mulai 1 Agustus. Sementara itu, Vietnam dikenai tarif lebih rendah, yaitu 20 persen, namun pengiriman ulang dari negara ketiga melalui Vietnam akan dikenai tarif lebih tinggi, yakni 40 persen.
Sebagian besar produk Uniqlo yang dijual di AS diproduksi di Asia Tenggara dan Asia Selatan, termasuk dari negara-negara yang kini menghadapi tekanan tarif tersebut.