Usai Diakuisisi Prodia (PRDA), ProSTEM Bidik Pertumbuhan Kinerja 35 Persen

- PT Prodia StemCell Indonesia (ProSTEM) bidik pertumbuhan kinerja sebanyak 35 persen tahun ini setelah diakuisisi oleh PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA).
- Pertumbuhan pendapatan mencapai 46 persen secara tahunan pada 2024, membuktikan fondasi bisnis yang kuat.
- Akuisisi 30 persen saham ProSTEM diproyeksikan memberikan dampak positif pada pertumbuhan kinerja Prodia ke depannya, dengan kontribusi laba bersih dari ProSTEM diperkirakan akan mencapai Rp2,3 miliar pada 2026.
Jakarta, FORTUNE – PT Prodia StemCell Indonesia (ProSTEM), perusahaan terapi regeneratif yang baru diakuisisi oleh PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA), membidik pertumbuhan kinerja sebesar 35 persen hingga akhir 2025. Target ini dicanangkan setelah perusahaan berhasil mencatat pertumbuhan pendapatan impresif sebesar 46 persen pada tahun sebelumnya.
Direktur ProSTEM, Cynthia Retna Sartika, menyatakan optimismenya terhadap target tersebut, yang didasarkan pada fondasi bisnis yang kuat dan sinergi baru bersama Prodia.
“Minimal kalau kemarin kita sudah sekitar 45 persen [pertumbuhannya], kita harus sekitar 35 persen hingga full year 2025,” ujar Cynthia kepada pers di Jakarta, Senin (14/7).
Langkah strategis ini menyusul aksi korporasi pada Juni 2025, saat PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) resmi mengakuisisi 30 persen saham ProSTEM. Dalam transaksi tersebut, PRDA membeli 69.512 lembar saham senilai Rp33 miliar dari PT Prodia Utama, yang merupakan pemilik mayoritas sebelumnya.
Akuisisi ini diproyeksikan akan memberikan dampak positif yang signifikan pada kinerja keuangan Prodia pada masa mendatang. Kontribusi laba bersih dari ProSTEM diperkirakan mencapai Rp2,3 miliar pada 2026 dan diproyeksi meningkat bertahap hingga Rp10,6 miliar pada 2030. Sejalan dengan itu, nilai tambah aset dari transaksi ini juga diperkirakan tumbuh dari Rp1,4 miliar menjadi Rp30,6 miliar dalam periode yang sama.
Untuk mencapai target pertumbuhan, Prodia dan ProSTEM telah menetapkan strategi kolaborasi jangka panjang. Sinergi ini mencakup penyediaan produk sel punca (stem cell) melalui sistem konsinyasi, riset bersama pada bidang biomarker dan terapi presisi, serta edukasi publik melalui berbagai webinar dan kongres ilmiah.
Kolaborasi ini diharapkan dapat memperluas layanan terapi regeneratif di Indonesia, sekaligus memperkuat riset dan pengembangan kedua perusahaan.