Berkat Pelonggaran Pembatasan, Warga Optimistis Hadapi Perekonomian

Keyakinan konsumen hampir menyamai level sebelum COVID-19.

Berkat Pelonggaran Pembatasan, Warga Optimistis Hadapi Perekonomian
Pengunjung berada di dalam mal Grand Indonesia, Jakarta, Rabu (3/11/2021). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Survei indeks keyakinan konsumen (IKK) Bank Indonesia menunjukkan masyarakat Indonesia merasa optimistis terhadap kondisi perekonomian saat ini maupun ke depannya. Penghasilan masyarakat mulai pulih, dan itu disinyalir terjadi karena pembatasan kegiatan sosial yang telah melonggar.

IKK pada November mencapai 118,5, lebih tinggi dari 113,4 pada Oktober. IKK pada bulan lalu juga menjadi yang tertinggi setidaknya sejak Januari 2020.

“IKK meningkat pada seluruh kategori pengeluaran dan kelompok usia responden. Secara spasial, IKK meningkat di sebagian besar kota yang disurvei, tertinggi di Pontianak, diikuti oleh Palembang dan Mataram,” kata Kepala Departemen Komunikasi BEI dalam keterangan resmi seperti dikutip pada Kamis (9/12).

Sebagai catatan, IKK merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur gairah perekonomian. IKK di atas 100 menunjukkan optimisme dan di bawah 100 mengindikasikan pesimisme.

Indeks ini berkenaan dengan premis bahwa optimisme masyarakat pada gilirannya akan mendorong belanja sekaligus menggeliatkan perekonomian. Sebaliknya, pesimisme responden mengindikasikan konsumsi yang tertahan.

Pendapatan masyarakat pulih

Menurut Erwin, penguatan optimisme konsumen bulan lalu didorong oleh perbaikan persepsi konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini dibandingkan enam bulan sebelumnya. Berdasarkan data BI, indeks kondisi ekonomi saat ini mencapai 99,2. Meski masih di bawah 100, tapi sudah lebih baik dari 91,8 pada bulan sebelumnya.

“Peningkatan tersebut sejalan dengan terus membaiknya aktivitas ekonomi dan penghasilan masyarakat didorong meningkatnya mobilitas seiring berlanjutnya pelonggaran pembatasan mobilitas,” katanya.

Secara mendetail, indeks kondisi ekonomi saat ini bertolak dari sejumlah aspek: indeks penghasilan saat ini, ketersediaan lapangan kerja, dan pembelian barang tahan lama. Dari ketiganya, tercatat hanya indeks penghasilan yang sudah menembus level optimistis atau persisnya 108,3.

Sedangkan, indeks lapangan kerja masih mencapai 96,3, namun lebih baik dari 88,6 pada bulan sebelumnya. Konsumen juga masih sedikit menahan belanjanya untuk barang tahan lama (durable goods) dengan petunjuk nilainya yang masih sebesar 93,0.

Ekspektasi masyarakat tetap terjaga

Selain indeks kondisi ekonomi saat ini, IKK juga disusun dari aspek indeks ekspektasi kondisi ekonomi dalam enam bulan mendatang. Pada November 2021, ekspektasi masyarakat terus menguat terindikasi dari nilai indeksnya yang mencapai 137,8, naik dari 134,9 pada bulan sebelumnya.

Ekspektasi masyarakat menanjak terutama terhadap kegiatan usaha atau dunia bisnis. Data BI menyebutkan, indeks ekspektasi kegiatan usaha mencatatkan nilai tertinggi hingga 140,7.

Sedangkan, indeks ekspektasi penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja masing-masing mencapai 137,9 dan 134,9. Kondisi ini menyiratkan optimisme masyarakat akan perbaikan pendapatan dan kemudahan mencari pekerjaan ke depannya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia
Laba PTRO Q1-2024 Amblas 94,4% Jadi US$163 Ribu, Ini Penyebabnya
Waspada IHSG Balik Arah ke Zona Merah Pascalibur
Laba Q1-2024 PTBA Menyusut 31,9 Persen Menjadi Rp790,9 Miliar
Laba Q1-2024 Antam Tergerus 85,66 Persen Menjadi Rp238,37 Miliar