Sri Mulyani Beberkan Sejumlah Risiko Ekonomi Global 2022, Apa Saja?

Perekonomian dunia pada 2022 diperkirakan melambat.

Sri Mulyani Beberkan Sejumlah Risiko Ekonomi Global 2022, Apa Saja?
Menkeu, Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, pada Jumat (13/9). (dok.Kemenkeu)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyampaikan kewaspadaannya perihal sejumlah risiko perekonomian global tahun depan. Berbagai perkara itu dapat menimbulkan dampak pada perekonomian negara-negara dunia termasuk Indonesia.

“Tahun depan seiring dengan ketidakpastian terutama di negara maju dan juga adanya dampak inflasi yang cukup tinggi maka kami melihat outlook 2022 untuk global economy tidak sebaik untuk tahun 2021,” kata Sri Mulyani dalam sebuah webinar, Rabu (15/12).

Dana Moneter Internasional (IMF), misalnya, memprediksi ekonomi dunia tahun depan hanya tumbuh 5,7 persen, turun dari perkiraan 5,9 persen pada 2021. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) proyeksinya bahkan lebih rendah: 4,9 persen pada 2021 menjadi 4,5 persen tahun depan.

Lalu, apa saja sejumlah risiko perekonomian global menurut Sri Mulyani tahun depan? 

1. Inflasi di negara maju dan kebijakan moneter

Kompleksitas perekonomian tahun depan terutama datang dari perkara inflasi di negara maju, yaitu Amerika Serikat (AS) dan kawasan ekonomi Uni Eropa. Per November 2021, tingkat inflasi AS mencapai 6,8 persen, melonjak dari 5,4 persen pada pertengahan tahun ini. Lalu, inflasi Uni Eropa mencapai 4,1 persen, naik dari 1,9 persen.

“Dengan inflasi tinggi AS akan melakukan tapering mungkin lebih dini dan lebih cepat. Dan itu dampaknya ke seluruh dunia. Demikian juga di Eropa tempat bank sentralnya juga akan dihadapkan pada opsi untuk melakukan penanganan inflasi melalui pengetatan moneter,” katanya.

Dalam bahan paparannya, dampak yang bisa muncul dari risiko ini adalah peningkatan volatilitas pasar keuangan seperti risiko penurunan arus modal, depresiasi mata uang rupiah, kenaikan imbal hasil (termasuk surat berharga negara), dan penurunan harga saham.

2. Perekonomian Tiongkok

Risiko juga bisa mencuat dari perekonomian Tiongkok, kata Sri Mulyani. Sebab, negara itu akan melakukan penyesuaian yang berdampak pada ekonomi regional maupun global.

Salah satu penyesuaian dilakukan untuk menanggapi krisis properti di negara tersebut. Perusahaan properti raksasa, Evergrande Group, tengah menghadapi krisis utang.

Pemerintahan Tiongkok juga akan mempercepat usaha menuju ekonomi hijau. Hal itu dilakukan dengan menyetop pembiayaan energi fosil, khususnya batu bara.

Sejumlah perkara itu diyakini akan berdampak pada terganggunya rantai pasok dalam negeri khususnya industri manufaktur dan penurunan permintaan terhadap barang ekspor mitra dagang kedua negara.

3. Gangguan rantai pasok

Masalah gangguan rantai pasok juga akan berpengaruh pada inflasi dunia. Disrupsi tersebut berpotensi terjadi akibat biaya transportasi dan distribusi seperti pengiriman kontainer (shipping). Gangguan juga bisa datang dari suplai tenaga kerja yang tidak sanggup mengimbangi sisi permintaan yang melonjak.

Imbas dari kondisi itu yakni kenaikan harga komoditas energi dan pangan, naiknya biaya input (terutama barang-barang yang masih harus diimpor), dan kenaikan biaya produsen yang pada gilirannya menyebabkan kenaikan biaya impor.

4. Perubahan iklim

Terakhir, ikhtiar negara-negara dunia untuk memerangi masalah perubahan iklim juga perlu diwaspadai. Sebab, upaya itu dapat berakibat kepada harga komoditas khususnya energi.

“Ini semuanya adalah faktor lingkungan global yang begitu dinamis yang tentu dampaknya adalah sering sangat signifikan dan menimbulkan spill over keputusan atau pembangunan atau tren di salah satu daerah,” katanya. 

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra Otoparts Bagi Dividen Rp828 Miliar, Simak Jadwalnya
IKN Menjadi Target Inovasi yang Seksi bagi Investor Luar Negeri
Pemerintah Sudah Tarik Utang Rp104,7 Triliun Hingga 31 Maret 2024
Museum Benteng Vredeburg Lakukan Revitalisasi Senilai Rp50 Miliar
Pemerintah Realisasikan Rp220 T Untuk 4 Anggaran Prioritas di Q1 2024
ERAL Kolaborasi dengan DJI dan Fujifilm di Kampanye Motion Creativity