Meski Rupiah Anjlok, LPEM UI Ramal BI Pertahankan Bunga Acuan 6%

Rupiah masuk level kenormalan di Rp16.200/US$.

Meski Rupiah Anjlok, LPEM UI Ramal BI Pertahankan Bunga Acuan 6%
Ilustrasi Bank Indonesia/ Shutterstock Harismoyo
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) memprediksi Bank Indonesia (BI) masih akan mempertahankan Suku Bunga Acuannya di level 6 persen meski nilai tukar rupiah terus merosot ke level Rp16.200/US$. 

Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, Indonesia berada dalam tekanan nilai tukar yang masif dan mengalami arus modal keluar yang signifikan dalam dua minggu terakhir. 

"Walaupun terdapat ruang untuk kenaikan suku bunga acuan, keputusan menaikkan BI Rate nampaknya bukanlah langkah ideal yang perlu diambil saat ini," kata Riefky melalui laporan resmi yang dikutip di Jakarta, Rabu (24/4). 

Rupiah masuk level kenormalan di Rp16.200/US$

Ilustrasi Bank Indonesia dalam Uang/Shutterstock E.S Nugraha

Ia menjabarkan, pada beberapa hari terakhir, Rupiah mulai stabil di level kenormalan baru yaitu sekitar Rp16.200/US$ seiring dengan sentiment ‘high-for-longer’ yang sudah mulai termaterialisasi dan belum adanya eskalasi lebih lanjut dari konflik di Timur Tengah. 

"BI juga memiliki beberapa alternatif kebijakan yang dapat dioptimalisasi dengan dukungan cadangan devisa yang memadai," katanya. 

Data terakhir cadangan devisa yang tersedia hingga Maret 2024 tidak terlalu menggambarkan dampak dari perkembangan terkini di pasar keuangan global. Terlepas dari itu, cadangan devisa menurun sebesar US$3,6 miliar dari US$114,0 miliar di Februari 2024 ke US$140,4 miliar di Maret 2024. Hal itu didorong oleh pembayaran utang luar negeri Pemerintah, antisipasi kebutuhan likuiditas valuta asing korporasi, dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian kondisi keuangan global. 

Di sisi lain, menaikkan suku bunga justru akan meningkatkan biaya pinjaman dan berdampak negatif terhadap sektor riil. Sehingga, menurutnya, peningkatan BI Rate dapat dipertimbangkan sebagai opsi terakhir menimbang potensi risiko domestik yang akan muncul. 

"Menimbang berbagai hal tersebut, kami berpandangan BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,00 persen saat ini," pungkas Riefky.

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Cara Membuat Akun PayPal dengan Mudah, Tanpa Kartu Kredit!
UOB Sediakan Kartu Kredit Khusus Wanita, Miliki Nasabah 70 ribu
Survei BI: Tren Harga Rumah Tapak Masih Naik di Awal 2024
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus tapi Iuran Tetap Beda, Seperti Apa?
IBM Indonesia Ungkap Fungsi WatsonX Bagi Digitalisasi Sektor Keuangan
Saksi Sidang Kasus Korupsi Tol MBZ Sebut Mutu Beton Tak Sesuai SNI