Jakarta, FORTUNE – Perusahaan pembayaran kartu dan digital global, Visa mengungkapkan bahwa pembayaran digital semakin diterima oleh masyarakat Indonesia. Hal tersebut dilakukan guna memperbaiki pengelolaan finasial dan mempermudah pembayaran dan daya beli masyarakat.
Berdasarkan survei Visa yang dilakukan oleh YouGov, hampir 70 persen responden mengklaim bahwa penggunaan pembayaran digital mereka meningkat pesat di tengah pandemi Covid-19. Riko Abdurrahman, selaku Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia (Visa Indonesia) mengatakan, temuan ini memperkuat tren yang dilihat oleh pihaknya. Hal ini menurutnya dipercepat oleh pandemi.
“Semakin banyak orang Indonesia yang menggunakan eCommerce dan metode pembayaran digital dengan alasan kenyamanan dan fleksibilitas yang lebih besar dalam pengalaman berbelanja mereka,” kata Riko melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Selasa (27/9).
Penggunaan kartu kredit tumbuh 25%
Survei tersebut juga menemukan bahwa penggunaan kartu kredit telah meningkat sebesar 25 persen selama pandemi. Kondisi tersebut sejalan dengan data Bank Indonesia (BI) yang juga menunjukkan jumlah transaksi kartu kredit di tanah air tumbuh 34,35 persen year-on-year (yoy) pada Juni 2022, dengan volume transaksi hampir 28 juta transaksi.
Dalam survei tersebut juga diungkapkan bahwa pembayaran melalui kartu kredit dan skema Buy Now, Pay Later (BNPL) semakin digemari di masyarakat dengan porsi 26 persen. “Kami melihat peningkatan minat dan adopsi pembayaran digital sebagai peluang besar untuk semakin mendorong inklusi keuangan di Indonesia dan mendukung pertumbuhan ekonomi digital,” kata Riko.
Hadapi tantangan ekonomi, milienial fokus investasi
Studi tersebut juga mengungkap ketahanan masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda dalam menghadapi tantangan ekonomi akibat pandemi, yang mana masyarakat menemukan sejumlah cara untuk mempertahankan kondisi keuangan mereka.
Lebih dari separuh responden berfokus pada pertumbuhan tabungan atau investasi mereka, khususnya di kalangan Milenial (59 persen) dan Gen Z (57 persen) . Dalam survei tersebut juga menyatakan, emas masih dianggap sebagai tempat yang aman untuk investasi jangka panjang dengan porsi responden 57 persen, diikuti oleh saham 38 persen, reksa dana 34 persen, dan aset kripto atau NFT 30 persen.
“Tidak bisa dipungkiri bahwa pandemi telah mempercepat gaya hidup digital-first di kalangan masyarakat Indonesia, terlihat dari preferensi untuk aktivitas sehari-hari yang bebas repot, fleksibel, tanpa kontak atau contactless, dan terhubung dalam jaringan,” tutup Riko.