ilustrasi berbelanja menggunakan paylater (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)
Di kalangan perbankan, salah satu pemain yang lebih dulu mencicipi manis ‘kue’ bisnis paylater adalah bank digital milik CT Group, Allo Bank. Hadir sejak Mei 2022, Allo Bank meluncurkan layanan paylater pada Mei 2023. Dalam satu tahun, Allo Bank mampu menggaet 9 juta nasabah.
Direktur Utama Allo Bank, Indra Utoyo, menyatakan sebelum peluncuran produk paylater, timnya telah melakukan riset pasar yang mendalam untuk mengidentifikasi kebutuhan dan preferensi konsumen di Indonesia. Hasilnya, “Kami melihat bahwa ada permintaan yang meningkat untuk opsi pembayaran yang lebih fleksibel dan mudah diakses,” katanya kepada Fortune Indonesia (21/5).
Kondisi itu dibarengi dengan kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPL yang mencapai 0,4 persen gross dan 0,2 persen nett pada akhir kuartal I-2024. “Paylater memiliki potensi untuk menjadi alternatif pembayaran yang signifikan bagi kartu kredit, tetapi tidak sepenuhnya menggantikannya. Ada tren yang jelas terlihat di mana sebagian konsumen lebih memilih menggunakan paylater daripada kartu kredit,” kata Mantan Direktur Digital Teknologi Informasi BRI ini.
Bertahan di tengah serbuan para pendatang baru, salah satu pemain lama yang tetap eksis di bisnis paylater ialah Kredivo. Hadir sejak 2016 di Indonesia, Kredivo menjelma sebagai salah satu raksasa. Hingga akhir 2023 saja, pengguna dari platform ini hampir menyentuh angka 10 juta.
SVP Marketing & Communications Kredivo, Indina Andamari, menyebut jumlah ini meningkat hingga 20 kali lipat dalam lima tahun terakhir. “Selain itu, tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) untuk volume dan nilai transaksi Kredivo masing-masing hingga 58,59 persen dan 78,42 persen dalam kurun waktu lima tahun terakhir,” kata Indiana.
Dalam mengarungi bisnis, termasuk saat diterpa badai pandemi, Kredivo melakukan mitigasi risiko untuk menekan pinjaman macet dengan bantuan kecerdasan buatan dalam menganalisa berbagai matriks secara real time. Teknologi itu mampu menganalisis skor kredit, melakukan verifikasi data, hingga memperhitungkan potensi gagal bayar calon pengguna.
Selain itu, Kredivo juga mengimplementasikan prinsip responsible lending, yaitu selektif dalam menyalurkan kredit kepada pengguna serta memberikan limit kredit secara proporsional sesuai dengan kemampuan membayar pengguna. Mirip dengan skema kartu kredit. “Konsistensi dalam menerapkan dua hal tersebut telah membantu Kredivo dalam mempertahankan rata-rata tingkat non-performing financing (NPF) di bawah 5 persen,” kata Indiana.
Bagaimanapun, jika sampai terjadi keterlambatan pembayaran, Kredivo mengenakan biaya keterlambatan antara 4-6 persen dari total pinjaman. Indiana mengaku tak khawatir seiring munculnya pemain baru, termasuk perbankan besar di segmen BNPL. Selain basis pengguna yang cukup besar, limit kredit yang dihadirkan Kredivo masih terbilang lebih tinggi dari pemain lain, yakni mencapai Rp50 juta. Ditambah, Kredivo telah mengakuisisi Bank Bisnis Internasional pada 2021 silam yang akan melengkapi ekosistemnya.