Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Warga RI Ketagihan Paylater, Per Desember 2024 Tembus Rp6,82 triliun

Penggunaan layanan Paylater Kredivo di MRT Jakarta. (dok. Kredivo)
Intinya sih...
  • Pertumbuhan pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) pada perusahaan pembiayaan mencapai Rp6,82 triliun per Desember 2024.
  • Pembiayaan BNPL perbankan mencapai Rp22,12 triliun per Desember 2024, dengan pertumbuhan 43,76 persen.
  • BNPL pada perusahaan pembiayaan memiliki potensi berkelanjutan karena pangsa pasarnya yang lebih variatif dan luas.

Jakarta, FORTUNE - Masyarakat Indonesia sepertinya semakin ketagihan menggunakan skema beli dulu, bayar nanti atau kerap dikenal sebagai skema buy now, pay later (BNPL), atau biasa disingkat pay later.

Berdasarkan data Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan pembiayaan BNPL pada perusahaan pembiayaan mencapai 37,6 persen secara tahunan menjadi Rp6,82 triliun per Desember 2024.

Dari jumlah ini, skema BNPL pada e-commerce mendominasi piutang BNPL multifinance, demikian keterangan dari Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman.

Pada sektor perbankan, pembiayaan BNPL mencapai nilai Rp22,12 triliun per Desember 2024 atau tumbuh 43,76 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Namun, Agusman memandang meski perbankan menawarkan BNPL, hal tersebut tidak serta-merta menghambat pertumbuhan BNPL pada perusahaan pembiayaan.

"BNPL oleh perusahaan pembiayaan masih dapat berkembang sejalan dengan perkembangan perekonomian berbasis digital," ujarnya, Selasa (18/2).

Mengenai peningkatan BNPL perbankan yang lebih tinggi ini, Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital CELIOS (Center of Economic and Law Studies), mengatakan risiko skema tersebut di perbankan terhitung lebih rendah dari multifinance karena pemakainya merupakan nasabah pada bank yang telah ada.

"Bisa saya bilang pertumbuhan yang tinggi dikarenakan pasarnya yang sudah terbentuk," kata Nailul, Selasa (18/2).

Sedangkan pada perusahaan pembiayaan, pasarnya lebih variatif dan risiko keamanannya secara umum lebih tinggi ketimbang perbankan.

Di luar itu, dia mengungkapkan BNPL yang ditawarkan oleh perusahaan pembiayaan memiliki potensi berkelanjutan karena pangsa pasarnya yang lebih beragam dan luas tadi.

Di tengah positifnya pertumbuhan BNPL pada perusahaan pembiayaan, OJK melaporkan hingga Desember 2024 piutang pembiayaan tumbuh 6,92 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp503,43 triliun. Agusman mengatakan pertumbuhan single digit itu disebabkan oleh penurunan pada penjualan kendaraan bermotor secara industri.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us