BI : UMKM Mendominasi Pengguna QRIS, Capai 38,1 juta

- BI mencatat pengguna QRIS di Indonesia telah mencapai 56,3 juta dengan volume transaksi 2,6 miliar, dimana UMKM mendominasi dengan 38,1 juta pengguna.
- Digitalisasi termasuk pemanfaatan QRIS menjadi kunci untuk meningkatkan efisiensi dan mendorong daya saing UMKM di tengah dinamika ekonomi yang cepat berubah.
- BI mendorong bank untuk menyalurkan lebih banyak kredit kepada UMKM melalui insentif kebijakan makroprudensial, seperti pengurangan kewajiban giro wajib minimum (GWM) bagi bank yang aktif memberikan kredit UMKM.
Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) menyebut pengguna layanan QRIS di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Transaksi QRIS sebagian besar ditopang oleh transaksi merchant UMKM.
Hingga kuartal I 2025 pengguna QRIS mencapai 56,3 juta dengan volume mencapai 2,6 miliar transaksi. Dari jumlah tersebut, 38,1 juta atau 67 persen dari pengguna layanan berasal dari merchant yang didominasi UMKM.
Ini mencerminkan percepatan adopsi digital oleh pelaku UMKM, sejalan dengan dorongan BI dalam memperkuat transformasi teknologi dalam sektor usaha mikro, kecil, dan menengah.
Senior Deputy Gubernur BI, Destry Damayanti, mengatakan digitalisasi, termasuk pemanfaatan QRIS, menjadi kunci untuk meningkatkan efisiensi, memperluas pasar, dan mendorong daya saing UMKM di tengah dinamika ekonomi yang berubah dengan cepat.
QRIS dinilai efektif mendukung pencatatan transaksi secara digital, meminimalisir kesalahan, serta membuka peluang baru dalam pengelolaan usaha. Hingga 2024 sebanyak 83 persen kelompok binaan subsisten BI sudah menggunakan transaksi non-tunai. Ini menunjukkan bahwa digitalisasi telah mulai membawa perubahan nyata bagi UMKM.
"Digitalisasi ternyata sudah menjadi suatu kebaruan bagi usaha mereka. Nah selanjutnya di tahun 2025 ini BI juga akan menyusun penguatan model bisnis ekonomi keuangan inklusif kelompok subsisten," kata dia dalam konfrensi pers SisBerdaya dan Disberdaya Dana 2025, Rabu (7/5).
BI terus mendorong agar lembaga keuangan seperti perbankan lebih memperhatikan UMKM dengan menyalurkan lebih banyak kredit kepada UMKM melalui insentif kebijakan makroprudensial, seperti pengurangan kewajiban giro wajib minimum (GWM) bagi bank yang aktif memberikan kredit UMKM.
Sebab, pertumbuhan kredit UMKM pada Maret 2025 hanya sebesar 1,95 persen, angka itu bahkan jauh di bawah saat pandemi sekitar 10 persen.
"Bank Indonesia terus mendorong terciptanya lingkungan usaha yang sehat dan inklusif untuk mendorong UMKM Indonesia menjadi motor penggerak ekonomi nasional," ujar dia.