Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meninjau produksi produk manufaktur di Politeknik Manufaktur, Bandung, Jawa Barat, Selasa (8/2/2022). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/wsj.

Jakarta, FORTUNE – Industri pengolahan Indonesia pada dua bulan pertama 2022 masih ekspansif, terlihat dari indikator aktivitas manufaktur Purchasing Managers’ Index (PMI) Februari yang mencapai 51,2.

Posisi PMI manufaktur tersebut sesungguhnya melambat dari 53,7 pada bulan sebelumnya. Namun, indikator PMI di atas 50 merupakan petunjuk bahwa industri dalam negeri bertenaga, dan di bawah 50 loyo.

“Indeks PMI yang masih berada di zona ekspansif ini mencerminkan bahwa dampak penyebaran Omicron relatif terbatas pada ekonomi Indonesia khususnya di sektor industri dibandingkan gelombang Delta,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, dalam keterangan kepada media, Rabu (2/3).

Menurut Febrio, kinerja industri dalam negeri pada Juli langsung terdampak oleh varian COVID-19 Delta. Buktinya, PMI Manufaktur hanya 40,1, turun dari 53,5 pada Juli tahun sama.

Kinerja industri pengolahan RI yang ekspansif telah berlangsung dalam 7 bulan beruntun atau sejak September 2021.

Pemerintah akan terus berfokus pada ikhtiar pengendalian pandemi virus corona, termasuk mempercepat vaksinasi massal yang terbukti menjadi game changer bagi perekonomian, menurut Febrio.

Febrio mengatakan alokasi anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN) tahun ini mencapai Rp455,62 triliun. Perinciannya, alokasi penanganan kesehatan sebesar Rp122,54 triliun, perlindungan masyarakat sekitar Rp154,76 triliun, dan penguatan pemulihan ekonomi Rp178,32 triliun.

Sejumlah dinamika industri manufaktur

Editorial Team