Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
ilustrasi The Fed (vecteezy.com/sasirin pamai)
ilustrasi The Fed (vecteezy.com/sasirin pamai)

Intinya sih...

  • DBS Research memperkirakan suku bunga The Fed akan turun hingga 1% hingga 2025 karena kondisi ekonomi AS yang masih berisiko.

  • Bank Indonesia diprediksi akan mempertahankan sikap dovish selama kuartal IV 2025 dengan memangkas suku bunga menjadi 5 persen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

  • Pasar saham Indonesia menunjukkan rotasi ke saham-saham big caps berkualitas yang lebih tahan terhadap volatilitas global, membuka peluang bagi investor mencari stabilitas dan potensi pertumbuhan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE – DBS Group Research memproyeksikan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed) atau Fed Funds Rate (FFR) di Amerika Serikat (AS) masih akan turun hingga 100 basis poin (bps) atau 1 persen hingga 2025. Kondisi ini terjadi akibat kondisi ekonomi AS yang masih menghadapi berbagai risiko kompleks. Saat ini, level suku bunga dana The Fed masih berada di kisaran 4,25 hingga 4,5 persen.

“Berdasarkan analisis DBS Group Research, pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan melambat pada paruh kedua 2025. The Fed diproyeksikan akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada semester II 2025, dengan kemungkinan pemangkasan tambahan 50 basis poin pada 2026,” kata Senior Economist DBS Bank Radhika Rao melalui keterangan resmi di Jakarta, (21/8).

Pihaknya menilai berbagai risiko yang masih membayangi ekonomi AS seperti inflasi yang tinggi, dampak lanjutan tarif perdagangan internasional, pengetatan kebijakan imigrasi, kebutuhan stimulus fiskal, lonjakan harga aset, serta tekanan politik terhadap The Fed dalam pengambilan keputusan moneter.

BI diprediksi bakal dovish pada kuartal IV 2025

Payment ID akan diluncurkan BI pada 17 Agustus 2025 (Dok. Bank Indonesia)

Sementara itu, dari sisi dalam negeri, keputusan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga menjadi 5 persen dinilai untuk mengantisipasi ruang kebijakan moneter akomodatif. Kebijakan ini juga dipandang sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

“Sejumlah indikator aktivitas dengan frekuensi tinggi menunjukkan pelemahan momentum pertumbuhan di paruh kedua tahun ini, ditambah situasi perdagangan global yang cukup menantang, membuat BI memilih untuk tetap menjaga kebijakan yang mendukung pertumbuhan. Keputusan ini diambil di tengah inflasi yang masih sesuai target dan rupiah yang relatif stabil,” ujar Radhika Rao.

Dengan demikian, kala arah kebijakan The Fed yang melonggarkan, Bank Indonesia diperkirakan masih akan mempertahankan sikap dovish selama kuartal IV 2025. Apalagi BI telah menurunkan bunga acuan sebanyak empat kali sejak awal tahun hingga Agustus 2025.

Saat ini, lanjut Radhika, para pembuat kebijakan masih terus mendorong transmisi dari pemangkasan suku bunga sebesar 100 basis poin yang telah dilakukan sepanjang 2025 dapat tersalurkan secara penuh ke dalam perekonomian.

Selain itu, melengkapi prospek positif tersebut, Equities Specialist DBS Group Research Maynard Arif juga mengungkapkan bahwa pasar saham Indonesia menunjukkan rotasi menarik ke saham-saham big caps berkualitas yang dinilai lebih tahan terhadap volatilitas global. 

Meskipun indeks LQ45 dan IDX30 mengalami kinerja di bawah rata-rata hingga Juli 2025, valuasi pasar saat ini masih relatif menarik dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, sehingga membuka peluang bagi investor yang mencari stabilitas sekaligus potensi pertumbuhan.

Editorial Team