Pasar Wait and See Jelang FOMC The Fed, IHSG Dibayangi Koreksi

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan dibayangi sentimen menjelang rapat The Fed, Selasa (18/3). Kemarin, IHSG melemah 0,67 persen di level 6.471,94 pada akhir perdagangan.
Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova menjelaskan, IHSG masih bergerak di atas support Fibonacci 6.422. Ia memperkirakan indeks acuan itu akan mulai rebound menuju 6.557 atau bahkan 6.663 apabila IHSG berhasil menembus resisten minor di level 6.501.
"Namun demikian, ada potensi ekstensi koreksi menuju 6.344 jika IHSG menembus di bawah 6.422," jelas Ivan dalam riset hariannya.
Binaartha Sekuritas memproyeksikan IHSG hari ini bergerak di antara 6.450 dan 6.530. Level support IHSG berada di 6.422, 6.344, dan 6.226. Sementara level resistennya di 6.663, 6.772, dan 6.912. Indikator MACD menunjukkan kondisi netral.
Daftar saham pilihan Binaartha Sekuritas hari ini, mencakup: ADRO, ASII, BBNI, ICBP, dan UNTR.
Di sisi lain, Phintraco Sekuritas memperkirakan IHSG hari ini akan melaju di rentang support 6.370, pivot 6.500, dan resisten 6.630. Saham-saham yang mereka soroti pada perdagangan hari ini, yakni: MDKA, HMSP, TINS, INCO, dan SCMA.
Kemarin, IHSG ditutup di bawah level psikologis 6.500. Pelemahan tersebut mengkonfirmasi sinyal death cross pada indikator Stochastic RSI di area overbought. "Dengan demikian, IHSG rawan pelemahan lanjutan ke rentang 6.400 sampai dengan 6.450 pada Selasa (18/3)," kata Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy K. dalam riset hariannya.
Dari eksternal, IHSG dibayangi sikap wait and see jelang FOMC The Fed pada 18-19 Maret 2025. Di sisi lain, IHSG berpotensi memperoleh sentimen positif dari kebijakan terbaru pemerintah Tiongkok untuk mendorong konsumsi domestik melalui “Special Action Plan to Boost Consumption” yang diumumkan pada 16 Maret 2025.
Valdy mengatakan, "Keputusan ini sesuai dengan pandangan kami bahwa Tiongkok akan terus berupaya mengurangi ketergantungan pada ekspor di tengah perang tarif yang terjadi dengan AS."
Hal terakhir berpotensi memberikan dampak positif bagi ekonomi Indonesia, mengingat kecenderungan Indonesia yang lebih dekat dengan Tiongkok, khususnya pasca bergabung dalam BRICS.