FINANCE

Kisah di Balik Sistem Ekonomi Merkantilisme

Dari Eropa hingga mendunia. Apa pengaruhnya bagi Indonesia?

Kisah di Balik Sistem Ekonomi MerkantilismeReplika kapal dagang VOC pada abad ke-8 dan ditambatkan di Museum Maritim, Amsterdam/Pixabay
24 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Merkantilisme adalah sebuah sistem ekonomi perdagangan yang berlangsung selama abad 16 hingga abad ke-18. Dalam sejarah pemikiran ekonomi dunia, era Merkantilisme yang dimulai sejak abad  menjadi tonggak terbesar yang memengaruhi aktivitas ekonomi dan politik global di masa kini.

Mengutip dari Investopedia, merkantilisme dianut oleh negara-negara Eropa untuk sebisa mungkin memupuk kekayaan dengan meningkatkan ekspor serta mengurangi impor dengan menerapkan tarif atau bea masuk.

Berkembangnya teori ekonomi Merkantilisme di Eropa, membawa pengaruh yang besar terhadap peradaban manusia sampai saat ini. Di mana turut andil dalam berkembangnya kapitalisme, penggunaan uang sebagai alat tukar, bursa efek atau pasar modal dan perdagangan surat berharga atau obligasi, serta perusahaan asuransi dan bank, semua terlahir di era Merkantilisme.

Simak pembahasan mengenai merkantilisme yang Fortune Indonesia rangkum untuk Anda dalam artikel ini.

Bagaimana Merkantilisme Bermula?

Merkantilisme sendiri berasal dari bahasa inggris merchant yang berarti pedagang. Melalui sistem merkantilisme, sebuah negara berupaya untuk mengoptimalkan aktivitas perdagangan untuk mendapatkan keuntungan yang melimpah. 

Merkantilisme adalah paham yang semula populer di Eropa pada tahun 1500an. Kala itu, negara-negara Eropa yakni, kekayaan dan kekuatan sebuah negara bisa tercapai dengan meningkatkan ekspor, untuk mengumpulkan logam mulia seperti emas dan perak. 

Merkantilisme menggantikan sistem ekonomi feodal yang sebelumnya dianut di kawasan Eropa Barat. Sebagai episentrum dari Kerajaan Britania Raya, kala itu Inggris memiliki kekayaan alam yang terbatas. Untuk meningkatkan kekayaannya, Inggris memperkenalkan kebijakan fiskal yang mencegah negara-negara penjajah dari membeli produk luar selain produk Inggris. 

Sebagai contoh, ketika Inggris mengeluarkan undang-undang yang mengatur mengenai impor gula pada tahun 1764. Undang-undang tersebut menaikkan bea masuk untuk gula rafinasi serta molase yang diimpor oleh koloni. Dengan demikian, maka Inggris menjadi pemain tunggal atau memberikan pasar monopoli kepada petani gula negara jajahan mereka di Hinda Barat. 

Kebijakan Merkantilisme

Merkantilisme menyebabkan banyaknya terjadi revolusi melawan kerajaan. Hal tersebut dikarenakan adanya monopoli dagang dan penarikan pajak yang memberatkan hingga menyengsarakan rakyat, lihat saja revolusi Amerika atau revolusi Perancis. 

Selain itu, karena sistem ini menitikberatkan kepada wilayah lain yang mempunyai sumber daya berlebih dan berharga, akhirnya kerajaan-kerajaan tersebut berlomba mendapatkan wilayah baru dan memicu perang antarkerajaan.

Poin- poin kebijakan merkantilisme, yaitu:

  • Menciptakan koloni di luar negeri
  • Melarang daerah koloni untuk melakukan perdagangan dengan negara-negara lain
  • Melarang ekspor emas dan perak, bahkan untuk alat pembayaran
  • Melarang perdagangan untuk dibawa dalam kapal asing
  • Subsidi ekspor
  • Mempromosikan manufaktur melalui penelitian atau subsidi langsung

Di bawah sistem merkantilisme, sebuah negara juga kerap kali meningkatkan peran militer untuk memastikan stabilitas pasar dan ketersediaan pasokan di dalam negeri terjaga. Sebab, lewat merkantilisme, baik tidaknya perekonomian diukur berdasarkan ketersediaan pasokan modal di negara itu.

Tak hanya itu, penganut paham merkantilisme juga meyakini, kesehatan ekonomi sebuah negara bisa dinilai dengan tingkat kepemilikan logam mulia, seperti emas dan perak, yang jumlahnya cenderung akan meningkat mengikuti penambahan jumlah konstruksi rumah baru, hasil pertanian, serta permintaan pasar yang kuat oleh barang dan bahan baku.

Related Topics