Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Faktor Penyebab Inflasi dalam Perekonomian dan Cara Mengendalikannya

Shutterstock/Luis A. Orozco

Jakarta, FORTUNE –  Penyebab inflasi bisa muncul dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Bank Indonesia (BI) memperkirakan terjadi peningkatan inflasi pada bulan Oktober 2021. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga BI pada minggu ketiga Oktober 2021, perkembangan inflasi diperkirakan sebesar 0,08 persen secara bulanan. 

“Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Oktober 2021 secara tahun kalender sebesar 0,88 persen  ytd dan secara tahunan sebesar 1,62 persen yoy,” ujar Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Minggu (24/10). 

Dia mengatakan Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu. Pihaknya pun akan koordinasi untuk kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Lalu sebenarnya apa saja faktor penyebab inflasi dalam perekonomian, dan bagaimana cara mengendalikannya? Berikut penjelasannya.

Penyebab Inflasi

Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berlaku sebaliknya, inflasi yang tinggi dan tidak stabil akan memberikan dampak dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Terjadinya inflasi bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti, permintaan, meningkatnya biaya produksi maupun jumlah uang yang beredar.

  •  Tingginya Permintaan

Kenaikan harga-harga (inflasi) ini disebabkan karena ketersediaan barang yang tidak sepadan dengan tingginya permintaan dibandingkan penawaran.

Biasanya karena stok barang menipis dan permintaan sangat tinggi, maka stok barang tersedia mengalami kenaikan harga. Begitupun di bidang jasa, jika ada pembatasan kuota penggunaan jasa maka akan terjadi kenaikan harga.

  •  Meningkatnya Biaya Produksi (cost pust inflation)

Kenaikan biaya produksi dalam jangka waktu tertentu secara terus menerus menyebabkan adanya dorongan kenaikan terhadap inflasi. Secara umum, inflasi jenis ini biasa terjadi di negara dengan pertumbuhan ekonomi yang sedang berkembang atau tumbuh pesat namun dengan angka pengangguran yang cukup rendah. Di negara ini seperti ini, supply tenaga kerja terbatas namun permintaan akan suatu barang produksi tinggi.

  •  Jumlah Uang yang Beredar

Peredaran uang yang tinggi di masyarakat juga bisa merupakan penyebab inflasi. Hal ini dikarenakan ketika jumlah uang di masyarakat meningkat, maka harga barang akan ikut mengalami kenaikan. Semakin meningkat daya beli masyarakat saat stok barang menipis, maka harga barang otomatis akan ikut naik.

Dampak Inflasi

Dampak inflasi biasanya akan langsung dirasakan oleh masyarakat dengan pendapatan menengah ke bawah. Pasalnya, ketika terjadi kenaikan harga barang maka daya beli pun akan alami penurunan.

Terjadinya penurunan daya beli, menurut Bank Indonesia akan memberi efek berkelanjutan, sehingga bisa menyebabkan pendapatan dan standar hidup menurun. Dalam jangka panjang hal ini bisa menyebabkan masyarakat yang miskin akan bertambah miskin.

Dampak yang ditimbulkan oleh inflasi adalah pendapatan yang tidak seimbang. Artinya dalam hal ini ada pihak-pihak yang dirugikan dengan adanya inflasi tetapi ada juga pihak-pihak yang justru diuntungkan dengan adanya inflasi tersebut. Sehingga betapa pentingnya untuk menjaga laju inflasi berada pada level yang stabil dan tak melonjak tinggi. Jadi itulah beberapa penyebab inflasi yang terjadi dalam dunia perekonomian.

Pengendalian Inflasi

Bank Indonesia sebagai otoritas bank sentral di Tanah Air berperan sebagai pengendali dari laju inflasi itu sendiri. Menukil laman resmi milik BI, kebijakan moneter yang dikeluarkan pun ditujukan merespons kenaikan inflasi yang disebabkan oleh faktor yang bersifat kejutan dan bersifat sementara (temporer) yang akan hilang dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu.

Sementara itu, inflasi juga dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari sisi penawaran ataupun yang bersifat kejutan (shocks) seperti kenaikan harga minyak dunia dan adanya gangguan panen atau banjir. Dengan demikian, kemampuan Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi relatif terbatas apabila terdapat kejutan (shocks) yang sangat besar, seperti ketika terjadi kenaikan harga BBM di tahun 2005 dan 2008, sehingga menyebabkan adanya lonjakan inflasi.

Dengan pertimbangan bahwa laju inflasi juga dipengaruhi oleh faktor yang bersifat kejutan tersebut maka pencapaian sasaran inflasi memerlukan kerjasama dan koordinasi antara Pemerintah dan Bank Indonesia, melalui kebijakan makroekonomi yang terintegrasi baik dari kebijakan fiskal, moneter maupun sektoral.

Lebih jauh, karakteristik inflasi Indonesia yang cukup rentan terhadap kejutan-kejutan (shocks) dari sisi penawaran memerlukan kebijakan-kebijakan khusus untuk permasalahan tersebut.

Dalam tataran teknis, koordinasi antara Pemerintah dan Bank Indonesia telah diwujudkan dengan membentuk Tim Koordinasi Penetapan Sasaran, Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) di tingkat pusat sejak tahun 2005. ​

Kemudian sejak tahun 2008, pembentukan TPI diperluas hingga ke level daerah. Ke depan, koordinasi antara Pemerintah dan BI diharapkan akan semakin efektif dengan dukungan forum TPI baik pusat maupun daerah sehingga dapat terwujud inflasi yang rendah dan stabil, yang bermuara pada pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan berkelanjutan.

Share
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Eko Wahyudi
3+
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us