FINANCE

BI Akan Naikkan Suku Bunga Jika Inflasi Inti Meningkat

BI perkuat koordinasi dengan tim pengendali inflasi.

BI Akan Naikkan Suku Bunga Jika Inflasi Inti MeningkatDeputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti pada acara IFG International Conference 2022
28 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan lembaganya masih terus memantau perkembangan inflasi domestik untuk menentukan arah kebijakan suku bunga ke depan.

Tahun ini, bank sentral telah memperkirakan bahwa tingkat inflasi bakal melewati batas atas ekspektasi yakni 4 persen. Meski demikian, ia optimistis tahun depan inflasi dapat lebih rendah dan berada di kisaran 3 persen plus minus 1 persen seperti yang ditargetkan.

"Dari Bank Indonesia kami akan terus mewaspadai tekanan inflasi ke depan, khususnya dari volatile food dan juga dampak terhadap ekspektasi inflasi di mana dalam hal ini tentunya kita akan menggunakan secara all out kebijakan yang kami miliki termasuk penyesuaian suku bunga," ujarnya di Badan Anggaran DPR RI, Senin (27/6).

Menurut Destry, kenaikan suku bunga akan digunakan jika tanda-tanda kenaikan inflasi inti mulai terlihat. Inflasi Inti sendiri merupakan komponen pembentuk yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan ​inflasi.

Komponen ini biasanya dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, lingkungan eksternal antara nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang, dan ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen.

"Pada saat ini inflasi inti masih pada 3,6 persen dan BI terus memperkuat koordinasi dengan tim pengendali inflasi pusat dan tim pengendali inflasi daerah," ujarnya.

Awasi gerakan nilai tukar

Di samping itu, BI juga terus memperhatikan pergerakan nilai tukar yang dipengaruhi oleh stabilitas eksternal dan internal. Sepanjang bulan ini, rupiah sendiri telah mengalami tekanan cukup tinggi.

Namun, ia optimistis kondisi demikian akan terus membaik dan pada 2023 tekanan terhadap mata uang negeri ini diprediksi lebih rendah.

"Ini juga didukung oleh kondisi fundamental perekonomian kita karena cadangan devisa kita juga masih cukup ample serta perospek perekonomian yang tetap kuat untuk perekonomian," katanya.

Ia juga memastikan bahwa ke depan bank sentral bakal terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah. "Sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan fundamental dari nilai tukar itu sendiri untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makro ekonomi," ujarnya.

Related Topics