Jakarta, FORTUNE - Negosiasi tarif resiprokal yang masih alot antara Amerika Serikat (AS) dan Indonesia diprediksi akan menjadi pertimbangan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan di level 5,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode April 2025.
Ekonom Senior sekaligus Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Ryan Kiryanto menilai situasi ekonomi dan geopolitik global masih diliputi oleh ketidakpastian. Apalagi, keputusan penundaan pengenaan tarif resiprokal selama 90 hari oleh oleh Presiden AS, Donald Trump masih membuat cemas sejumlah negara.
“Situasi kondisi ekonomi dan geopolitik global sedang tidak baik-baik saja. Sebaiknya stance kebijakan moneter lebih pro stabilitas atau menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Meskipun inflasi domestik relatif rendah,” kata Ryan kepada Fortune Indonesia di Jakarta, (23/4).
Apalagi, perkembangan nilai tukar rupiah saat ini masih rentan terhadap sentimen eksternal yang tidak kondusif. Tercatat, kurs rupiah berada pada level Rp16.859/US$ pada penutupan perdagangan (22/4) atau melemah 53 poin atau 0,32 persen.
“Bagi pelaku usaha, kestabilan kurs rupiah menjadi sangat penting terkait dengan penyusunan strategi pengembangan bisnis baik untuk eksportir maupun importir,” kata Ryan.