Fed Tahan Suku Bunga Acuan di Tengah Meningkatnya Ketidakpastian

- Kondisi ekonomi AS dipengaruhi oleh kebijakan awal pemerintahan Trump dan ketidakpastian akibat perubahan kebijakan tersebut.
- Fed menaikkan proyeksi inflasi AS menjadi 2,7 persen, namun menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 2,1 persen menjadi 1,7 persen.
Jakarta, FORTUNE - Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed), mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 4,25—4,50 persen dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) periode Maret 2025.
Para anggota FOMC mengambil keputusan tersebut dengan suara bulat, setelah pada akhir 2024 memangkas suku bunga acuan sebesar satu persen.
Ketua Fed, Jerome Powell, menyatakan kebijakan awal pemerintahan Presiden Donald Trump, termasuk penerapan tarif impor secara luas, telah memperlambat pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan mendorong inflasi lebih tinggi dalam jangka pendek. Kondisi ini pun kian menambah ketidakpastian ekonomi.
Dengan meningkatnya kekaburan akibat perubahan kebijakan, harga-harga diperkirakan akan naik lebih cepat dari prediksi awal. Faktor utama yang mendorong hal ini adalah rencana Trump mengenakan bea masuk terhadap produk impor dari mitra dagang utama AS.
"Sulit untuk memperkirakan bagaimana dampaknya akan berkembang," ujar Powell seperti dikutip dari laporan Reuters pada Rabu (19/3).
Ia mengakui sentimen pasar yang cenderung negatif, terutama karena ketidakpastian kebijakan yang diterapkan sejak awal pemerintahan Trump, yang berdampak luas pada perekonomian.
Meskipun demikian, Powell menegaskan indikator ekonomi masih menunjukkan ketahanan. Tingkat pengangguran saat ini mencapai 4,1 persen, sementara pasar tenaga kerja tetap stabil.
Para pejabat Fed juga masih memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga hingga setengah persen pada akhir tahun, sejalan dengan perlambatan ekonomi dan penurunan inflasi.
Perubahan proyeksi Fed
Pada proyeksi terbarunya, Fed menaikkan perkiraan inflasi AS untuk tahun ini menjadi 2,7 persen, lebih tinggi dibandingkan prediksi sebelumnya pada level 2,5 persen Desember lalu.
Namun, mereka juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 2,1 persen menjadi 1,7 persen, serta memperkirakan tingkat pengangguran yang sedikit lebih tinggi menjelang akhir tahun.
Para pembuat kebijakan menyoroti peningkatan risiko ekonomi, dengan mayoritas pejabat menyepakati prospek yang masih belum jelas ke depannya. Jika prediksi Fed untuk tiga tahun ke depan terbukti benar, maka AS akan mengalami pertumbuhan ekonomi terlemah dalam tiga tahun sejak periode pertama pemerintahan Barack Obama, ketika negara itu masih dalam tahap pemulihan dari resesi 2007-2009.
Beberapa tarif yang diterapkan oleh pemerintahan Trump telah mulai berlaku, sementara sisanya akan diberlakukan pada awal April. Kebijakan ini mencakup tarif 25 persen untuk sebagian besar produk dari Meksiko dan Kanada, serta serangkaian bea impor yang dirancang menyamakan tarif perdagangan dengan negara lain.
Powell menambahkan Fed akan terus memantau dampak kebijakan ini dalam beberapa bulan ke depan, terutama terkait potensi kenaikan harga konsumen. Mereka juga akan mengamati apakah tarif tersebut, atau reaksi balasan dari negara lain, dapat menyebabkan inflasi yang lebih bertahan lama dan berpengaruh pada ekspektasi harga di kalangan rumah tangga serta pelaku bisnis.