Paylater Kian Diminati di Tengah PHK Massal dan Stagnasi Ekonomi

- Tren penggunaan buy now pay later (BNPL) meningkat di tengah stagnasi pendapatan dan PHK massal
- Baki debet kredit BNPL tumbuh 32,18% per tahun dengan nilai Rp22,78 triliun, jumlah rekening naik menjadi 24,59 juta
- Paylater dianggap sebagai pembiayaan alternatif yang mudah diakses oleh berbagai kalangan masyarakat dan memiliki potensi besar bagi industri perbankan
Jakarta, FORTUNE - Tren penggunaan buy now pay later (BNPL) atau paylater terus meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Pengamat menilai, salah satu faktor pendorongnya yakni adanya stagnasi pendapatan dan fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang saat ini terjadi besar-besaran.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per Maret 2025 baki debet kredit BNPL mengalami pertumbuhan 32,18 secara tahunan persen dengan realisasi nilai Rp22,78 triliun. Jumlah rekening pun turut meningkat menjadi 24,59 juta (Februari 2025: 23,66 juta).
Pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda tidak menampik tren peningkatan ini disebabkan lemahnya perekonomian domestik akibat marak PHK. Menurutnya, skema pembayaran paylater menjadi bantalan pembiayaan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesai pada kuartal pertama 2025 hanya 4,87 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya yang mampu mencapai 5,11 persen. Sementara Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkap sebanyak 73.992 pekerja telah mengalami PHK hanya dalam kurun 1 Januari hingga 10 Maret 2025.
"Ketika pendapatan menurun dan hilang sedangkan kebutuhan tetap bahkan meningkat, saya rasa masyarakat akan cari pembiayaan yang cocok bagi karakteristik masing-masing penduduk," kata dia kepada Fortune Indonesia, Jumat (16/5).
Lebih Mudah Ketimbang Skema Pembiayaan Lain
Minimnya akses masyarakat terhadap kartu kredit, utamanya karena kendala riwayat keuangan yang kurang baik serta proses pengajuan yang rumit juga mendorong pertumbuhan paylater. Hal ini membuat kartu kredit menjadi opsi yang tidak selalu dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Sementara ada skema paylater yang menawarkan kemudahan akses, dapat digunakan oleh berbagai kalangan, dan telah banyak diadopsi oleh merchant. Inilah yang mendorong masyarakat untuk memilih metode pembayaran tersebut sebagai cara memenuhi kebutuhan mereka.
Selain itu, paylater menawarkan kemudahan dan bisa diakses oleh semua lapis masyarakat dan dimiliki merchant membuat skema pembayaran ini kerap dipilih.
“Bagi masyarakat, ya kebutuhan harus tetap dipenuhi, dan salah satu caranya dengan menggunakan pembiayaan semacam ini. Maka dari itu, terjadi kenaikan penyaluran saat ini,” ungkap Nailul.
Dari sisi industri perbankan, paylater juga dinilai memiliki potensi besar. Nailul menilai bahwa lambatnya proses pengajuan kartu kredit serta ketidakpastian persetujuan menjadi alasan utama mengapa masyarakat enggan mengurus kartu kredit. Bahkan, perbankan mulai beralih dan mengadopsi layanan paylater. Dengan basis data nasabah yang sudah dimiliki, bank memiliki peluang besar untuk mengembangkan layanan BNPL lebih jauh.
Gaya hidup konsumtif anak muda yang menganut prinsip YOLO (you only live once) juga diakui mendorong hal ini. Sebab, dengan prinsip ini banyak dari mereka menikmati hidup sesuai keinginan, termasuk dalam pengambilan keputusan finansial yang bersifat konsumtif.