Bank DKI, yang kini mengusung identitas baru sebagai Bank Jakarta, berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang solid hingga akhir Triwulan II 2025. (dok. Bank Jakarta)
Sementara itu, dihubungi secara terpisah, Direktur Utama Bank Jakarta, Agus Haryoto Widodo, menyatakan bakal mengarahkan dana tersebut untuk mengakselerasi fungsi intermediasi, terutama dalam penyaluran kredit ke sektor produktif seperti UMKM, perdagangan, industri, dan sektor jasa yang berkontribusi langsung terhadap ekonomi daerah.
“Langkah tersebut kami pandang sebagai bentuk kepercayaan dan dukungan strategis pemerintah terhadap peran Bank Jakarta dalam menjaga stabilitas sistem keuangan daerah serta mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi di wilayah Jakarta dan sekitarnya,” kata Agus melalui keterangan tertulis yang diterima Fortune Indonesia di Jakarta (8/10).
Agus juga menegaskan bahwa upaya penyuntikan dana ini bukan sebagai bentuk permohonan tambahan likuiditas. Agus menyebut kondisi likuiditas Bank Jakarta berada pada level yang sehat, dengan rasio LDR yang terjaga. Melansir dari laporan keuangan perseroan, kinerja intermediasi dari bank milik Pemprov DKI Jakarta ini cukup stabil dengan penyaluran kredit senilai Rp46,71 triliun atau naik 5,25 persen (YoY) di Agustus 2025.
Senada dengan Bank Jakarta, Direktur Utama Bank Jatim, Winardi Legowo juga mengaku bakal mengarahkan dana untuk sektor produktif. Meski demikian, Winardi mengaku belum mendapatkan pemberitahuan resmi terkait rencana Kemenkeu tersebut.
“Nantinya akan kami salurkan melalui kredit di sektor produktif, sehingga hal tersebut mampu menggerakkan rantai pasokan ekonomi dan pada akhirnya dapat berimbas pada pertumbuhan ekonomi,” kata Winardi.
Di sisi lain, penyaluran kredit dari Bank Jatim masih tumbuh 35,27 persen (YoY) menjadi Rp78,55 triliun di Juni 2025. Sementara itu, untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mampu meningkat 13,04 persen menjadi Rp91,6 triliun.