FINANCE

Pengetatan Likuiditas dan Kredit Macet jadi Tantangan Bank di 2023

Bank diperkirakan bakal selektif salurkan kredit & jaga DPK.

Pengetatan Likuiditas dan Kredit Macet jadi Tantangan Bank di 2023Ilustrasi Perbankan/ Achmad Bedoel
28 October 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Risiko pengetatan likuiditas, seretnya penyaluran kredit hingga potensi kredit macet menjadi bayang-bayang kelam perbankan di tahun 2023 mendatang. 

Kondisi tersebut masih perlu diantisipasi oleh perbankan nasional mengingat suku bunga acuan yang semakin meningkat serta ketidakpastian ekonomi global dan domestik yang masih berlangsung. 

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi bahkan meyatakan, kondisi tersebut dapat memengaruhi pemburukan kinerja perbankan nasional di tahun-tahun mendatang. 

"Kami melihat beberapa tantangan perbankan ke depan seperti, risiko spillover (meluap) dampak memburuknya kinerja industri perbankan domestik yang mungkin akan memberi dampak terhadap exposure pinjaman dan beberapa transaksi yang mungkin tidak setinggi tahun ini," kata Darmawan melalui konferensi pers secara virtual di Jakarta, Rabu (26/10). 

Darmawan menyatakan, suku bunga acuan sejumlah bank sentral di sejumlah negara mulai merangkak naik tak terkecuali di Indonesia. Hal tersebut nampaknya untuk mengimbangi suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) milik bank sentral AS, Federal Reserve. Meski demikian, pihaknya di Bank Mandiri terus mengantisipasi kondisi tersebut agar tetap menjaga pertumbuhan bisnis.

"Sehingga kita akan melihat likuiditas pasar pasti akan terpengaruh lebih menurun," kata Darmawan. 


 

Jaga likuiditas dengan selektif menyalurkan kredit

Ilustrasi Kredit/Bing.com

Sementara itu, Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) Royke Tumilaar juga tak menampik bakal ada volatilitas global yang cukup tinggi. Untuk itu, perbankan harus siapkan strategi menghadapi potensi resesi ekonomi akibat kenaikan suku bunga acuan dan inflasi yang cukup tinggi. 

Langkah antisipatif yang dilakukan BNI ialah dengan menjaga likuiditas melalui penyaluran kredit yang lebih konservatif. Hal ini sebagai upaya mempertahankan Rasio Kredit Terhadap Simpanan atau Loan to Deposit Ratio (LDR). Adapun per September 2022 LDR BNI berada di posisi 91,2 persen. 

"Jadi secara likuiditas memang tahun depan pasti akan cukup ketat, untuk itu kami sudah antisipatif dalam menjaga likuiditas yang cukup dan pertumbuhan kredit yang sehat," kata Royke melalui konferensi video di Jakarta, Selasa (25/10). 

Royke menambahkan, dengan penyaluran kredit yang lebih selektif, diharap kredit macet atau non performing loan (NPL) akan terjaga sehat.

Tata dan kelola kondisi penghimpunan DPK

Ilustrasi tumpukan uang tunai/Antarafoto Muhammad Adimaja/YU

Related Topics