Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
ilustrasi utang (freepik.com/rawpixel.com)
ilustrasi utang (freepik.com/rawpixel.com)

Intinya sih...

  • Utang Luar Negeri (ULN) RI turun menjadi Rp7.093 triliun pada Juli 2025

  • Utang luar negeri pemerintah naik 9%, digunakan untuk pembiayaan APBN dan sektor produktif

  • Utang luar negeri swasta turun 0,3%, dengan struktur ULN yang tetap sehat

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mencapai US$432,5 miliar atau sekitar Rp7.093 triliun pada Juli 2025. Nilai utang ini menurun bila dibandingkan dengan posisi Juni 2025 yang sebesar US$434,1 miliar. Meski demikian, secara tahunan ULN Indonesia tumbuh 4,1 persen (YoY) atau melambat dibandingkan pertumbuhan 6,3 persen (YoY) pada Juni 2025. 

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, perkembangan utang ini bersumber dari perlambatan pertumbuhan ULN sektor publik. “Posisi ULN Juli 2025 juga dipengaruhi oleh faktor penguatan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk Rupiah,” kata  Ramdan melalui keterangan resmi di Jakarta, (15/9).

Biayai APBN, utang luar negeri pemerintah naik 9%

Rapat kerja Komisi VII DPR RI dan Pemerintah sepakati RUU Kepariwisataan disahkan jadi UU di Rapat Paripurna. (IDN Times/Amir Faisol)

Bila dilihat lebih rinci, ULN pemerintah pada Juli 2025 tercatat sebesar US$211,7 miliar atau tumbuh 9,0 persen (YoY). Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan posisi pinjaman luar negeri dan surat utang pemerintah. 

Ia menjelaskan, penggunaan ULN Pemerintah sebagai salah satu instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan terus diarahkan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif dalam menjaga momentum pertumbuhan perekonomian Indonesia. 

Berdasarkan sektor ekonomi, ULN dimanfaatkan antara lain untuk mendukung sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang memiliki porsi 23,1 persen dari total ULN Pemerintah. Sedangkan untuk sektor jasa pendidikan sebesar 17 persen, dan untuk administrasi pemerintah, pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 15,9 persen. Ia menyatakan, posisi ULN pemerintah tetap terjaga karena didominasi utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN pemerintah.

Utang luar negeri swasta turun 0,3%

ilustrasi di balik jendela gedung tinggi (pexels.com/Manuel Joseph)

Sementara itu, ULN swasta tercatat turun tipis 0,3 persen (YoY) dibandingkan bulan sebelumnya pada kisaran US$195,6 miliar pada Juli 2025. Perkembangan ULN swasta tersebut bersumber dari peningkatan ULN lembaga keuangan (financial corporations) yang mencapai 3,6 persen (YoY) pada Juli 2025. 

Berdasarkan sektor ekonomi, pangsa ULN swasta terbesar berasal dari sektor industri pengolahan; jasa keuangan dan asuransi; pengadaan listrik dan gas; serta pertambangan & penggalian, dengan pangsa mencapai 80,4 persen terhadap total ULN swasta.

“Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya,” kata Ramdan.

Hal ini tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 30 persen pada Juli 2025 dari 30,5 persenpada Juni 2025, serta dominasi ULN jangka panjang dengan pangsa 85,5 persen dari total ULN. 

Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, lanjut Ramdan, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN. Peran ULN juga akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

“Upaya tersebut dilakukan dengan meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” pungkas Ramdan.

Editorial Team