LUXURY

Chanel Luncurkan Produk Skincare yang Berkelanjutan

Mulai proses produksi hingga bahan baku ramah lingkungan.

Chanel Luncurkan Produk Skincare yang BerkelanjutanRangkaian produk tata rias dan perawatan kulit "No.1" Chanel/chanel.com
07 January 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Chanel baru-baru ini meluncurkan lini produk kecantikan dan perawatan kulit bernama "No.1" yang diklaim oleh merek tersebut sebagai produk kecantikan alami dan berkelanjutan. Setiap produk dikemas dalam kemasan ramah lingkungan untuk mengurangi jejak karbon.

Dalam laman resminya, merek ini mencantumkan bahwa produk tata rias mereka menggunakan 97 persen bahan alami dengan kandungan utama 76 persen bunga camellia. Bunga camellia adalah bunga yang menjadi ikon Gabrielle Chanel selaku pendiri rumah mode mewah ini.

No.1 bukanlah nama baru untuk produk Chanel selain fesyen. Gabrielle Chanel meluncurkan wewangian No.1 Mademoiselle Chanel pada tahun 1940-an, tetapi rumah mode tersebut mengatakan, bahwa lini kecantikan baru ini tidak terkait dengan produk sebelumnya. Sebaliknya, rumah mode ini memilih No.1 karena sesuai dengan kecenderungan pendiri untuk menomori produknya.

Proses produksi yang ramah lingkungan

Tidak ada bahan kimia yang digunakan dalam menumbuhkan bunga camelia dan bahan organik lainnya, sehingga produk ini diklaim sangat menerapkan praktik berkelanjutan.

Selama beberapa tahun terakhir rumah mode ini menggunakan kriteria evaluasi lingkungan dalam desain produknya. Prioritasnya adalah membuat formula dari bahan baku yang memperhatikan lingkungan dan bersumber secara berkelanjutan dengan persentase yang tinggi.

Produk kecantikan ini menggunakan bahan yang 76 persennya berasal dari turunan bunga camellia seperti kelopak, biji dan serbuk sari. Dikutip dari laman WWD pada Jumat (7/1), merek ini menjelaskan bahwa bunga camellia dipilih karena kemampuannya untuk meningkatkan kekuatan lapisan atas kulit dan mempertahankan penampilan awet mudanya.

Chanel memiliki ladang camellia sendiri, di mana metode budidaya agro-ekologis digunakan dengan penelitian di laboratorium penelitian yang berbasis di Gaujacq, di barat daya Prancis. Di laboratorium itu bunga camellia dibuat menjadi minyak yang kaya akan asam protocatechuic dan antioksidan yang digunakan sebagai bahan dasar dalam lini perawatan kulit ini.

Molekul dalam minyak itu dikatakan membantu meningkatkan pertahanan kulit sambil memperlambat dehidrasi dan membuatnya tampak muda dan mengurangi permasalahan pada kulit seperti garis halus dan kerutan, pori besar, hilangnya elastisitas, dan kulit kusam serta kering.

“Ini adalah keahlian baru kami yang sekarang banyak dipelajari di dunia kedokteran dan bahan ini tidak banyak digunakan di dunia kosmetik,” kata Armelle Souraud, Direktur Komunikasi Ilmiah Internasional Chanel.

Di bagian tata rias, lini No.1 meluncurkan foundation atau alas bedak dengan kemampuan untuk mencerahkan, melembapkan, dan melindungi. Kemudian ada pelembab bibir dan pipi yang mengandung minyak camellia merah dan lilin yang berasal dari tumbuhan. Di Amerika Serikat, produk ini dibanderol dari harga US$45 dolar atau sekitar Rp649 ribu.

Sustainability beauty bukan sekadar tren

Keberlanjutan sendiri diklaim menjadi sangat penting selama konsepsi koleksi No.1. Chanel mengintegrasikan cangkang benih pelindung bunga kamelia ke dalam tutup stoples krimnya, yang juga mencakup bahan-bahan yang bersumber dari hayati dan terbarukan, serta serutan kayu bersertifikat Forest Stewardship Council (FSC).

Setiap tutup produk di lini berisi bahan daur ulang atau bersumber dari hayati. Seluruh kemasan produk dirancang ramah lingkungan, dengan berat stoples dan botol berkurang rata-rata 30 persen dibandingkan wadah tradisional, dan hingga 50 persen untuk toples kaca krim, yang dapat diisi ulang.

Delapan puluh persen kemasannya terbuat dari kaca, yang sangat dapat didaur ulang. Penggunaan plastik—terutama sekali pakai—dibatasi, tulis rumah mode itu dalam siaran persnya. Tidak ada selofan atau selebaran kertas yang digunakan, sedangkan tinta organik digunakan pada botol kaca.

Kecantikan yang berkelanjutan (sustainable beauty) yang diusung oleh beberapa merek besar ternyata disukai oleh konsumen dan tren ini diprediksi akan berlanjut. Menurut laporan One Green Step Report, masyarakat global mulai memperhatikan tren sustainable beauty pada tahun 2021.

Dari hasil penelitian ditemukan, bahwa pandemi dan segala dampaknya di tahun 2020 meyakinkan orang-orang untuk lebih menjaga lingkungannya. Data dalam laporan tersebut berasal dari survei terhadap lebih dari 18.000 orang di delapan negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Brasil, Jerman, India, dan beberapa negara lainnya, yang menanyakan pandangan dan resolusi responden terhadap keberlanjutan dan tujuan lingkungan.

Related Topics