LUXURY

Metaverse Booming, Belanja Baju & Make Up Kini untuk Mendandani Avatar

Jenama fesyen dan kecantikan tak mau ketinggalan.

Metaverse Booming, Belanja Baju & Make Up Kini untuk Mendandani AvatarGucci Vault METAVERSE & NFT/Dok. vault.gucci.com
30 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Mencoba produk secara virtual lalu membayar dengan cryptocurrency demi avatar menjadi kian populer. Merek pun cepat beradaptasi dengan ‘taman bermain’ digital baru, yang dikenal sebagai metaverse. 

Laporan McKinsey & Company dan Business of Fashion 'State of Fashion' mengungkapkan para pemimpin industri sedang melihat perbatasan pada dunia Metaverse.

"Ada semakin banyak 'dunia kedua' di mana Anda bisa mengekspresikan diri (namun) mungkin ada yang meremehkan nilai yang melekat pada individu yang ingin mengekspresikan diri mereka di dunia virtual dengan produk virtual, (melalui) persona virtual," kata Chief Marketing Officer Gucci, Robert Triefus dalam laporan tersebut dikutip dari CNN International, Kamis (30/6).

CEO & Co-Founder WIR Group Michael Budi mengatakan, metaverse dengan perangkat augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) dapat digunakan oleh masyarakat luas dan perusahaan. Tujuan penggunaan metaverse untuk meningkatkan kinerja bisnis dan meningkatkan penjualan.

"Saat ini banyak yang berlomba masuk metaverse karena infrastruktur yang sebelumnya lebih mahal, kini lebih terjangkau," kata Michael dalam webinar Indonesia Data and Economic Conference (IDE) Katadata 2022 Februari lalu. Dia menambahkan, dengan platform metaverse, orang tidak hanya mengkonsumsi tapi juga menghasilkan atau memproduksi. Bagaimana para brand fesyen dan kosmetik memanfaatkan celah ini dan sejauh mana bermanuver di metaverse?

Butik virtual untuk mendandani avatar

Ilustrasi metaverse online store. Shutterstock/naratrip

Pengalaman ini sebenarnya dimulai pada awal 2000-an, sudah ada pengalaman piksel dari Dollz hingga Animal Crossing. Industri game juga meletakkan dasar pada mode digital, dengan pakaian atau 'skins' seperti pada Overwatch dan Fortnite. Pemain besar fesyen juga telah memulai memanfaatkan pasar game. Misalnya, saja Louis Vuitton mendesain skin untuk League of Legends pada 2019. Ralph Lauren turut menawarkan aksesoris avatar lewat Roblox. NFT juga dimanfaatkan oleh para raksasa fesyen, seperti Dolce & Gabbana yang menjual habis koleksi musim gugur senilai 1.885.719 ETH, yang saat itu setara US$6 juta.

Jenama global lainnya, Nike, bermain di ranah metaverse lewat Nikeland. Metaverse dipilih sebagai jalan keluar memasuki dunia lain yang lebih masif, khususnya dengan mengenalkan produk-produk eksklusif, menjalankan aktivitas digital yang kian maya. Sejak Nikeland dirilis di Roblox pada November 2021 silam, telah yang telah diunduh lebih dari 500 juta pengguna.

Memasuki ruang virtual melalui Drest, aplikasi fashion digital, Gucci Beauty adalah merek pertama yang meluncurkan mode kecantikan aplikasi, yang memungkinkan para pengguna untuk bereksperimen dengan 29 produk kecantikan virtual mereka. Segera setelah itu, Nars dan Drest meluncurkan kampanye kecantikan Sembilan hari, di mana penampilan dapat disesuaikan dengan model avatar, menggunakan 30 produk mereka. Konsumen kemudian dapat menyimpan tampilan dan produk di moodboard yang dapat dilakukan personalisasi.

Di lain sisi, pakaian virtual juga menawarkan harga lebih terjangkau pada merek mewah. Misalnya, sepatu digital merek Gucci senilai US$12 pada musim semi lalu. Ada dampak pada lingkungan juga dengan tren pakaian digital, di mana mengonsumsi lebih sedikit karbon dan menghemat air dari baju yang dihasilkan. "Ini menciptakan kembali seluruh rantai pasokan," kata ahli strategi teknologi konsumen untuk WGSN, Caitlin Monahan.

Menjadi cantik di metaverse

Metaverse Estée Lauder/Dok. Estée Lauder

Related Topics