Tertolong Rekor Picasso, Penjualan Christie’s Hong Kong Tetap Turun 46%
Jakarta, FORTUNE - Penjualan karya seni di Hong Kong kembali menunjukkan dinamika menarik. Meskipun nilai total transaksi turun signifikan, pasar seni tetap menunjukkan daya tahannya.
Dilansir dari the Art Newspaper, pada 20/21st Century Autumn Sale yang digelar Christie’s Hong Kong pada 26 September lalu, rumah lelang tersebut mencatat total penjualan sebesar US$72,6 juta, atau turun 46 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Meski demikian, acara ini menghasilkan salah satu pencapaian penting tahun ini: rekor baru untuk karya Picasso di Asia.
Lukisan Buste de Femme (1944) karya Pablo Picasso menjadi bintang malam itu setelah terjual dengan harga palu HK$196,75 juta atau sekitar US$25,4 juta. Karya tersebut memecahkan rekor tertinggi seniman Spanyol itu di kawasan Asia, setelah persaingan ketat antara dua penawar utama. Lelang ini juga menandai ulang tahun pertama kantor pusat Christie’s Asia di gedung Henderson, Central, Hong Kong.
CEO Christie’s, Bonnie Brennan, menilai capaian tersebut sebagai bukti ketahanan pasar seni di tengah situasi ekonomi yang menantang. “Saya pikir yang kita pelajari selama tahun ini dalam pasar yang terus berubah adalah pentingnya strategi harga dan memastikan kita membawa karya baru ke pasar,” ujarnya. Ia menambahkan, “Dan pasar malam ini merespons dengan sangat jelas."
Brennan menambahkan, kehadiran penawar dari berbagai wilayah Asia, Amerika Serikat, dan Eropa menunjukkan semakin kompleksnya arus minat dan pengaruh antara dunia seni Timur dan Barat.
Menurutnya, hampir setiap lelang besar kini selalu menghadirkan karya Yayoi Kusama, sementara seniman modern Zao Wou-ki juga kian mendapatkan pengakuan global.
Pada lelang tersebut, lukisan Kusama berjudul Pumpkin [TWAQN] terjual seharga HK$34,66 juta (US$4,475 juta), sementara karya Zao 17.3.63 laku HK$85,2 juta (US$11 juta).
Kedua karya itu, bersama lukisan Sabado por la Noche karya Jean-Michel Basquiat yang terjual pada Mei lalu, menjadi deretan karya termahal abad ke-20 dan ke-21 yang dilelang di Asia tahun ini.
Brennan juga menyoroti keberhasilan penjualan lukisan Pagodenlandschaft (Landscape with a Pagoda by a Lake) karya Walter Spies, yang terinspirasi dari masa tinggal sang pelukis di Indonesia. Karya itu laku HK$26,1 juta (US$3,3 juta).
Sementara itu, Cristian Albu, Kepala Divisi Seni Abad ke-20 dan ke-21 Christie’s Asia Pasifik, menyebut lelang kali ini sebagai upaya untuk menghadirkan narasi yang lebih luas tentang seni Asia.
“Kami memiliki bab tentang seni Korea, seni Jepang, seni Asia. Tapi tentu saja, kami juga berusaha membangun jembatan antara seni Barat dan Timur, karena sebenarnya tidak ada batas antara para seniman,” ujarnya.
Albu menambahkan, ada dialog yang hebat antara Picasso dan Zao Wou-ki, antara seni Korea dan modernisme serta minimalisme New York.
Melansir Artnet News, meski Christie’s mengalami penurunan nilai penjualan, tren serupa juga terlihat di rumah lelang lainnya. Pada akhir pekan yang sama, Sotheby’s mencatat total penjualan musim gugur sebesar HK$335,7 juta atau sekitar US$43 juta, dipimpin oleh karya Yoshitomo Nara berjudul Can’t Wait ’til the Night Comes yang terjual HK$79,9 juta atau sekitar US$10,2 juta.
Adapun Phillips membukukan total HK$160 juta atau sekitar US$20,5 juta) dalam lelang seni modern dan kontemporer, dengan karya Nara berjudul Pinky yang laku HK$56,6 juta atau sekitar US$7,2 juta.
Meski angka-angka tersebut menunjukkan perlambatan dari tahun sebelumnya, para pelaku industri tetap optimistis.
“Pasar seni tidak sedang lesu. Pasar seni tidak pernah benar-benar jatuh. Ia telah hidup selama seribu tahun, masih hidup sekarang, dan akan tetap kuat seribu tahun lagi. Seni itu berdaya, dan memainkan peran besar bagi kemanusiaan," kata Albu.
Menurutnya, pasar hanya melakukan penyesuaian dalam dua tahun terakhir. "Tapi orang-orang yang punya pengetahuan, gairah, dan kemampuan tetap akan mengejar sebuah lukisan. Apa yang Anda lihat malam ini, itu nyata," ujarnya.