Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Femme à la Montre karya Pablo Picasso/Dok. Sotheby
Femme à la Montre karya Pablo Picasso/Dok. Sotheby

Jakarta, FORTUNE - Kerugian tahunan balai lelang Sotheby’s melonjak lebih dari dua kali lipat pada 2024, menembus US$248 juta. Perusahaan milik miliarder Patrick Drahi itu masih bergulat dengan pelemahan berkepanjangan pasar seni dan beban biaya pesangon yang meningkat tajam.

Melansir Financial Times, menurut laporan keuangan perusahaan induk Bidfair Luxembourg, kerugian pra-pajak Sotheby’s pada 2024 jauh lebih dalam dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat US$106 juta. Laporan itu menyebut, penurunan permintaan seni rupa mewah menjadi faktor utama, seiring berkurangnya belanja kolektor kaya dari Asia serta gejolak politik dan ekonomi di Amerika Serikat.

Pasar seni global sendiri melemah 12 persen menjadi US$57,5 miliar tahun lalu, dengan lot lelang bernilai di atas US$10 juta turun 39 persen menurut laporan Art Basel dan UBS. Kondisi tersebut turut menekan pendapatan Sotheby’s dari komisi dan biaya penjualan, yang merosot 18 persen dari US$994 juta pada 2023 menjadi US$813 juta pada 2024.

Secara total, nilai penjualan Sotheby’s anjlok 23 persen menjadi US$6 miliar, sementara pesaing utamanya, Christie’s, turun lebih moderat sebesar 6 persen menjadi US$5,7 miliar, demikian dilaporkan The Guardian. Selain penurunan pasar, beban pesangon juga berkontribusi besar terhadap kerugian. Biaya kompensasi karyawan melonjak ke US$29,2 juta pada 2024 dari US$11,4 juta pada tahun sebelumnya, meski jumlah pegawai hanya berkurang 24 orang menjadi 2.218.

Untuk menjaga likuiditas, pada Agustus 2024 Drahi menggandeng dana kekayaan negara Abu Dhabi, ADQ, dalam skema penyuntikan modal senilai US$1 miliar. Dari total tersebut, ADQ menanam US$909 juta untuk menguasai 24 persen saham Sotheby’s Holdings UK, plus saham preferen dan waran. BidFair, perusahaan Drahi, menambahkan kontribusi US$85 juta.

Dana segar itu digunakan untuk membayar kembali utang sebesar US$794 juta serta mendanai pembelian kantor pusat baru Sotheby’s di Madison Avenue, New York. Dengan langkah ini, utang bersih jangka panjang berhasil ditekan dari US$3,55 miliar menjadi US$2,76 miliar pada 2024.

Meski demikian, kinerja di Cina masih menghadapi tantangan. Pada Februari 2025, Sotheby’s menutup bisnis e-commerce di negara itu kurang dari dua tahun setelah berupaya melakukan ekspansi digital.

Di sisi lain, rival utamanya justru menikmati pertumbuhan. Christie’s International, balai lelang milik miliarder Prancis François Pinault, membukukan kenaikan laba pra-pajak 18 persen menjadi £85 juta pada 2024. Sementara laba pra-pajak Sotheby’s Holdings UK justru menyusut 21 persen menjadi US$27 juta pada periode yang sama. Baik Sotheby’s maupun Christie’s tidak memberikan komentar atas laporan tersebut.

Editorial Team