Krisis Evergrande Diprediksi Masih Terus Berlanjut

Dampak Evergrande berpotensi sistemik ke developer lainnya.

Krisis Evergrande Diprediksi Masih Terus Berlanjut
Evergrande. (ShutterStock/Casimiro PT)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Hingga pekan kedua September, fenomena September Effect tak kunjung terjadi. Sejumlah analis pun memperkirakan bahwa return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan positif dan masih akan berfokus pada proses pemulihan pasca Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Sosial (PPKM).

Namun, pada pekan ketiga September, salah satu perusahaan properti terbesar di Tiongkok, Evergrande, mengalami krisis keuangan. Diketahui, Evergrande selama bertahun-tahun membangun bisnisnya dengan bersandar pada utang. Hingga Selasa (14/9), perusahaan mengumumkan tidak dapat menjual properti serta asetnya untuk membayar pinjaman jatuh tempo mencapai US$300 miliar atau senilai Rp4.350 triliun.

Fortune Indonesia memberitakan pada Senin (20/9) harga saham Evergrande turun 10,2 persen. Sejak awal tahun, kapitalisasi pasar perusahaan ini merosot dari US$24 miliar menjadi US$5 miliar. Situasi ini jelas menyita perhatian para pelaku pasar ekonomi dunia. Mereka khawatir masalah ini akan merambah ke perekonomian Tiongkok yang selanjutnya berpotensi berdampak pada perekonomian global, termasuk Indonesia.

Menanggapi hal ini, Lionel Priyadi, analis Macro Strategy and Equity, Samuel Sekuritas Indonesia (SSI), mengatakan problem masih akan berlanjut Oktober. “Hal ini karena dampak Evergrande berpotensi sistemik ke developer raksasa lainnya, serta sistem keuangan dan perbankan Tiongkok,” ujarnya.

Perkiraan pasar Indonesia di bulan Oktober

Lionel mengatakan bahwa sebenarnya kasus Evergrande sudah ramai di media asing sejak Agustus. Namun, meledaknya baru September dan menjadi salah satu peristiwa yang dapat diakitkan dengan fenomena September Effect.

Memperkirakan dampaknya ke situasi pasar di Indonesia, Lionel menyatakan bahwa sedikit banyak pasti akan terpengaruh oleh isu Evergrande. Menurutnya, momentum pasar Indonesia pada Oktober dari sisi global diperkirakan agak buruk karena double hit pengumuman tapering dan isu Evergrande.

“Namun, untuk momentum domestik masih positif karena relaksasi PPKM baru akan berdampak penuh di bulan Oktober,” kata Lionel kepada Fortune Indonesia (22/9).

Menguatnya IHSG dan meredanya sentimen gagal bayar Evergrande

Sementara itu, seiring kasus Evergrande yang masih berjalan, IHSG pada Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup menguat Rabu sore pada 47,51 poin atau 0,78 persen di posisi 6.108,27. Kelompok saham unggulan LQ45 pun naik 10,45 poin ke posisi 862,18.

Mengutip Antara News, salah satu katalis positif bagi IHSG pada Rabu sore adalah meredanya kekhawatiran investor pada potensi gagal bayar Evergrande. Selain itu, harga komoditas CPO dan batu bara pun naik di tengah kasus Covid-19 yang sedang mengalami tren penurunan.

Dibuka menguat, IHSG diketahui terus bergerak di zona hijau pada sesi perdagangan saham. Lalu pada sesi kedua, IHSG masih bertahan positif hingga penutupan harga saham. Kemudian, penutupan IHSG disertai aksi beli saham oleh investor asing dengan net foreign buy senilai Rp495,76 miliar.

Perkembangan terakhir risiko sistemik Evergrande

Pada pemberitaan Fortune Indonesia kemarin (21/9), potensi bangkrut Evergrande disebut membuat banyak pihak khawatir akan dampak sistemiknya bagi perekonomian Tiongkok. Hal ini terkait 70-80 persen kekayaan rumah tangga di negeri Tirai Bambu yang berkait dengan pasar properti.

Para pelaku pasar pun cemas bahwa kisah Evergrande dapat menjadi versi lain kasus Lehman Brothers, perusahaan sekuritas Asal Amerika Serikat yang bangkrut dan diyakini memicu krisis ekonomi pada 2008.

Kabarnya, Pemerintah Tiongkok pun segera mengumpulkan sejumlah ahli keuangan dan hukum demi membantu penyelesaian krisis Evergrande. Dalam perkembangannya, dikabarkan Evergrande akan segera melakukan pembayaran bunga obligasi pada Kamis (23/9). Hal ini disampikan melalui keterbukaan informasi anak usaha Evergrande, Hengda Real Estate Group Co Ltd., setelah negosiasi antara perusahaan dengan para pemegang obligasi.

Diketahui, pembayaran kupon obligasi yang jatuh tempo pada (23/9) ini mencapai 232 juta Yuan atau senilai Rp510,85 miliar. Evergrande juga dikabarkan akan melakukan pembayaran kupon US$83,53 juta untuk obligasi dalam dollar Amerika Serikat.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Pialang Adalah: Pengertian, Tugas, dan Cara Kerjanya
Lima Anak Bernard Arnault Jadi Direksi, Penerus LVMH Diragukan
Daftar Produk Paling Laris Dibeli di Tokopedia dan Tiktok Saat Ramadan
Pelaku Usaha dan UMKM Kini Bisa Daftar Sertifikasi Halal Lewat Shopee
Peringatan Bank Dunia: Harga Minyak Global Bakal Naik ke US$100
Astra Otoparts Bagi Dividen Rp828 Miliar, Simak Jadwalnya