Kilas Balik Kisah Pendirian BEI dan Sederet Inovasinya

BEI sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.

Kilas Balik Kisah Pendirian BEI dan Sederet Inovasinya
Bursa Efek Indonesia. (Wikimedia Commons)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bursa Efek Indonesia (BEI) memasuki usia ke-45. Namu, ternyata cikal-bakalnya sudah ada sejak 1912, bahkan ketika  Jakarta masih bernama Batavia.

Saat itu, Belanda masih menguasai Batavia. Dus, pasar modal di masa itu dinaungi oleh pemerintah Hindia Belanda, sehingga bertugas melayani kepentingan mereka.

Dalam perjalanannya, kegiatan pasar modal tak berlangsung mulus. Pasar modal sempat dihentikan pada periode 1914 hingga 1918.

Melansir keterangan BEI, sejumlah faktor menjadi kerikil keberlangsungan pasar modal saat itu, seperti perang dunia I dan II serta transisi kekuasaan dari penjajah ke pemerintah Republik Indonesia.

Beberapa dekade kemudian atau sekitar 1977, pasar modal kembali dihidupkan dan terus berkembang sampai hari ini, ditopang oleh macam-macam regulasi dan insentif regulator. Rekor demi rekor tercapai tahun lalu.

Hingga 11 Oktober 2022, jumlah  single investor identification (SID) pasar modal telah mencapai 9,8 juta, seiring dengan penambahan 2,3 juta investor baru yang masuk bursa tahun ini.

Linimasa sejarah pasar modal Indonesia

Bursa Efek Indonesia/Dok. Desy Y/Fortune Indonesia

Pembukaan kembali pasar modal Indonesia berlangsung pada 1925, sebelum Indonesia resmi merdeka. Sebelum terebentuk BEI, bursa saham dalam negeri masih terbagi tiga, yakni Bursa Efek Jakarta,  Semarang, dan Surabaya.

Seperti sebelumnya, bursa di Semarang dan Surabaya juga sempat merasakan penutupan pada awal 1939 akibat sentimen politik Perang Dunia II, sehingga hanya tersisa satu di Jakarta. Tapi, pasar modal yang tersisa itu pun tak sanggup bertahan di tengah kekacauan perang. Akhirnya, Bursa Efek Jakarta (BEJ) juga harus tutup pada 1942 hingga 1952.

Maju ke 1956, perusahaan Belanda menjalankan program nasionalisasi, sehingga membuat aktivitas bursa efek kian kering. Mau tak mau, pasar modal Indonesia pun divakumkan sampai 1977.

Titik cerah terlihat pada 1977, saat BEJ kembali diresmikan di bawah naungan Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). Emiten pertama yang melantai di bursa saat itu adalah PT Semen Cibinong Tbk dengan ticker SMCB, yang kini bernama PT Solusi Bangun Indonesia, anak usaha PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Meskipun sudah kembali dibuka, transaksi perdagangan bursa masih loyo. Publik lebih menyukai instrumen investasi perbankan ketimbang pasar modal. Bahkan, di dekade pertama operasional BEJ, hanya ada 24 emiten yang percaya masuk bursa.

Maka, regulator mencetuskan program Paket Desember 1987 guna menarik minat perusahaan untuk menggelar IPO, sekaligus meyakinkan investor asing untuk bertransaksi di pasar modal Indonesia.

Kemudian, pada 1988 sampai 1990, lahirlah paket deregulasi perbankan dan pasar modal. Itu membuka pintu BEJ bagi para investor asing. Di tahun yang sama–2 Juni 1988–Bursa Paralel Indonesia (BPI) lahir yang dikelola Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE). Pemerintah pun merilis Paket Desember 88. Hasilnya, perdagangan bursa mulai tumbuh.

Lompat ke 16 Juni 1989, Bursa Efek Surabaya (BES) berjalan lagi, di bawah kendali PT Bursa Efek Surabaya. Kemudian, BEJ diswastanisasi pada 13 Juli 1992, sedangkan BAPEPAM bertransformasi jadi Badan Pengawas Pasar Modal.

Pada akhir 1993, PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) didirikan. Dua tahun setelahnya, lahir inovasi teknologi Jakarta Automated Trading Systems, sistem otomasi perdagangan di BEJ.

Melihat perkembangan itu, pemerintah pun memutuskan merilis Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang berlaku per Januari 1996. Tak hanya itu, BPI dan BES pun dimerger (1995), lalu lahirlah Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) (1996) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) (1997).

Inovasi terus digodok. Pada 21 Juli 2000, pasar modal Indonesia mulai mengaplikasikan Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading). Berlanjut pada 28 Maret 2002, saat sistem perdagangan jarak jauh (remote trading) diberlakukan. Lalu, pada 9 September, ada penyelesaian transaksi T+4 jadi T+3. Dua tahun kemudian, stock option dirilis.

Merger BEJ dan BES

Bursa Efek Indonesia/Dok. Desy Y/Fortune Indonesia

Tonggak pencapaian pasar modal Tanah Air terjadi pada 30 November 2007, saat BES dan BEJ dikawinkan sehingga bersalin nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)- sebagaimana yang dikenal saat ini.

Evolusi tak berhenti. Pada Oktober 2008, BEI memberlakukan sistem suspensi perdagangan dengan berbagai ketentuan. Hampir setahun kemudian, Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) pun didirikan, disusul oleh peluncuran sistem perdagangan baru BEI–JATS NextG–pada 2009.

Masuk ke Agustus 2011, PT Indonesian Capital Market Electronic Library (ICaMEL) berdiri–yang kemudian bersatu dengan TICMI pada 2015. Kemudian lahir juga Otoritas Jasa Keuangan pada Januari 2012 dan Securities Investor Protection Fund (SIPF) pada Desember 2012. Prinsip dan perdagangan syariah pun berlaku di tahun itu.

Setelahnya, BEI memberlakukan perdagangan baru sejak 2013, berlanjut ke penyesuaian lot size dan tick price di Januari 2014. Pada 2015, kampanye ‘Yuk Nabung Saham’ dan LQ-45 Index Futures meluncur. Pada Mei 2016 tick size kembali disesuaikan, lalu IDX Channel dan PT Pendanaan Efek Indonesia (PEI) mengudara masing-masing pada April dan Desember.

Rentetan sejarah terus dicatat, seperti peresmian IDX Incubator, pembaruan sistem perdagangan dan pusat data baru, BEI masuk ke Sustainable Stock Exchange (SSE), peluncuran Papan Akselerasi, sistem e-IPO, pemberlakuan notasi khusus, dan masih banyak lagi.

Tahun ini, BEI tengah menyiapkan Papan New Economy, yang diharapkan bisa rampung di akhir 2022 atau tahun depan.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M