Catatan Akhir Tahun, Nilai IPO 2021 di BEI Terbesar Sepanjang Sejarah

Nilai emisi IPO berhasil tumbuh 1.071 persen pada 2021.

Catatan Akhir Tahun, Nilai IPO 2021 di BEI Terbesar Sepanjang Sejarah
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat rekor baru sepanjang tahun 2021. Salah satunya, total dana initial public offering (IPO) yang berhasil dihimpun sepanjang tahun ini naik hingga 1.071 persen dibandingkan 2020. 

Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi menyatakan, investor dan pelaku pasar tetap optimis terhadap pergerakan pasar modal di tengah ketidakpastian pandemi— terlebih di saat virus varian baru Covid-19 Omicron merebak di Indonesia. 

“Hal ini bisa kita lihat dari peningkatan aktivitas perdagangan ataupun pertumbuhan aktivitas IPO dan jumlah IPO serta rekor baru dalam aktivitas perdagangan tahun ini,” kata Inarno dalam Konferensi Pers Penutupan Perdagagangan BEI 2021, Kamis (30/12).

IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) ditutup pada level 6.600 dengan pada Rabu (29/12)—dimana angka ini naik 10,40 persen dari posisi pada Desember 2020. Sementara itu, kapitalisasi pasar mencapai Rp8.277 triliun, atau tumbuh 18 persen dari Rp6.970 triliun pada akhir 2020.

Penggalangan Dana IPO Tertinggi Sepanjang Sejarah BEI

Tidak hanya aktivitas perdagangan, kegiatan pencatatan saham perusahaan pun ciamik. Hingga akhir 2021, ada 54 perusahaan yang melantai di bursa, sehingga secara total ada 766 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa.

Adapun dari 54 perusahaan yang IPO, total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp62,61 triliun—melesat 1.022,35 persen dibanding 2020 yang hanya Rp5,58 triliun. “Ini merupakan nilai penggalangan dana tertinggi sepanjang sejarah BEI.”

Angka ini kembali membuat Indonesia mencetak rekor pencatatan saham di bursa saham domestik  tertinggi dibanding negara lain di Asia Tenggara, diikuti oleh Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina. 

Sektor yang memainkan peran penting tahun ini, yakni: finansial, consumer goods, teknologi, infrastruktur, dan basic material.

Likuditas Perdagangan Naik Signifikan

Inarno menambahkan, likuiditas perdagangan melonjak signifikan selama 2021. Berdasar data BEI per 29 Desember 2021, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) tumbuh 45,3 persen; dari Rp9,2 triliun (Des 2020) menjadi Rp13,9 triliun. Rerata volume transaksi hariannya juga sudah menyentuh 20,6 miliar saham, yang juga tumbuh 81,1 persen.

Frekuensi transaksi bahkan mencapai 1,3 juta kali per hari—melambung 91,2 persen ketimbang tahun lalu. Angka ini merupakan tertinggi di bursa area Asia Tenggara (ASEAN) selama tiga tahun belakangan.

Peningkatan Jumlah Investor

Minat berinvestasi yang tumbuh pesat membuat jumlah investor pasar modal melonjak 92,7 persen dari 3,88 juta (Desember 2020) menjadi 7,48 juta per 29 Desember 2021. “Terjadi peningkatan 8,4 kali lipat ketimbang 2016 (894 investor),” kata Inarno menambahkan. 

Dari seluruh investor itu, total investor saham pun bertumbuh melampaui 100 persen; dari 1,7 juta menjadi 3,4 juta. Sementara jika dibandingkan 2016, investor saham berkembang 6,4 kali lipat.

Ritel Mendominasi Perdagangan Harian

Minat yang besar serta pertumbuhan investor ritel tahun ini terjadi berkat peran generasi di bawah 40 tahun—Generasi Milenial dan Generasi Z. Per November 2021, 88 persen dari total investor ritel baru tergolong ke dalam generasi tersebut.

Meningkatnya total investor ritel bahkan memengaruhi dominasi investor ritel dalam aktivitas perdagangan harian di bursa (56,2 persen). Angka itu lebih tinggi dibanding tahun lalu yang hanya 48,4 persen.

Outlook Bursa 2022

Dengan berbagai capaian pasar saham tahun ini, lantas seperti apa target dan proyeksinya di tahun depan? Inarno mengatakan, optimistis kinerja ciamik akan berlanjut hingga tahun depan, khususnya dari tren IPO perusahaan.

“Karena di pipeline kami masih ada 26 saham yang masih dalam proses,” kata Inarno.

Menurut Direktur Penilaian Perusahaan Bei, I Gede Nyoman Yetna, BEI menargetkan adanya 68 instrumen baru yang mencatatkan saham di bursa pada 2022. Lebih tinggi dari pencapaian di tahun ini.

Strategi yang diterapkan adalah pendalaman pasar, seperti yang dijalankan tahun ini. Selain itu, Bei juga akan meningkatkan variasi produk agar investor memiliki lebih banyak pilihan. Contohnya: menambahkan indeks baru seperti yang baru BEI lakukan pekan lalu.

“Mudah-mudahan ke depannya akan kami tambahkan (lagi), akan produksi, divariasikan,” ujar Inarno.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen